Monday, 10 April 2023
“If you don’t study any companies, you have the same success buying stocks as you do in a poker game if you bet without looking at your cards.” -Peter Lynch (American investor, mutual fund manager & philanthropist)-
Indikator
Global Market
Pasar saham Amerika Serikat (AS) membalikkan aksi jual di awal sesi menjadi ditutup lebih tinggi, pada hari Kamis (6/4) sebelum libur long weekend menyambut Jumat Agung (Good Friday), setelah investor mencerna data pasar tenaga kerja AS yang lemah menjelang laporan ketenagakerjaan, dan mencari tanda bahwa The Fed dapat menghentikan kenaikan suku bunga. Data ekonomi yang dirilis pada hari Kamis (6/4) menunjukkan pasar tenaga kerja AS mulai hangat dan terasa dampak dari kenaikan suku bunga agresif oleh The Fed yang dirancang untuk mendinginkan ekonomi dan menurunkan laju inflasi. Investor memperkirakan penurunan suku bunga (Pivoting) sebelum akhir tahun 2023, tetapi The Fed mengatakan mereka akan mempertahankan suku bunga pada level yang tinggi selama diperlukan. Perbedaan pendapat itulah yang menyebabkan volatilitas di pasar saham terjadi dalam perdagangan pekan lalu.
Dari zona Eropa, Pasar masih memperkirakan Bank Sentral Eropa (ECB) akan melanjutkan kenaikan suku bunga dalam pertemuan kebijakan berikutnya. Produksi industri Jerman meningkat lebih dari ekspektasi pada Februari, sebagian karena manufaktur kendaraan, melonjak 2% dari bulan sebelumnya.
Indonesia
Pasar saham Indonesia kembali bergerak melemah di pekan lalu, karena pelaku pasar mengkhawatirkan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS pada 2023 akan membawa perekonomian global melambat. Pasar tampak khawatir dan berhati-hati terhadap prospek ekonomi AS setelah serangkaian data ekonomi AS terbaru yang rilis menunjukan tanda-tanda lemah pada pekan lalu, semakin membuat kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga The Fed yang cepat dapat mendorong ekonomi AS jatuh ke dalam resesi. Sementara itu, perhatian pelaku pasar di pekan ini akan tertuju pada rilis data inflasi AS, karena akan menentukan arah kebijakan The Fed pada FOMC tanggal 3 Mei nanti. Sementara itu Rencana OPEC+ memotong produksi minyak mendorong harga komoditas lain lebih tinggi yang akhirnya menyebabkan inflasi tetap tinggi. Perlambatan data ekonomi AS dan potensi resesi di AS mendorong dana mulai masuk ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Group – Wealth Management Division