Friday, 31 December 2021
"The key to success is to start before you are ready."
–Marie Forleo–
Indikator
Global Market
Inggris melaporkan 183.037 kasus Covid-19 pada Rabu (29/2), angka tersebut lebih tinggi daripada hari Selasa sebelumnya yaitu lebih dari 53.000 dari data statistik pemerintah. Hal tersebut dipicu oleh varian Omicron yang sangat menular dan bisa terlihat dari peningkatan jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit yang dikutip dari Reuters. Perdana Menteri Boris Johnson menegaskan dia tidak akan memberlakukan pembatasan baru di Inggris untuk membatasi penyebaran Varian Omicron yang sekarang menyumbang 90% dari total infeksi di negeri tersebut, dikutip dari CNBC.
Sejumlah saham perusahaan teknologi yang berada pada Indeks S&P 500 mengalami pelemahan. Berdasarkan informasi di Investors.com pada laman CNBC di kamis (30/12), sebanyak 73 saham dari Indeks S&P 500, atau sekitar 15%, kehilangan nilai pasar pada tahun 2021. Hanya 13 saham yang mengalami penurunan nilai pasar lebih dari US$ 10 miliar. Secara persentase kerugian langsung, kehilangan uang juga memberikan dampak buruk. Hanya 22 perusahaan yang menyumbang 4% dari Indeks.
Raksasa ride-hailing China, Didi Global pada kamis (29/12) melaporkan kerugian US$ 4,7 miliar (Rp 66 triliun) pada kuartal ketiga 2021 seperti dikutip AFP. Hal ini merupakan dampak dari tindakan keras Pemerintah China terhadap perusahaan tersebut. Secara komulatif, Didi telah mencatat kerugian operasional sebesar US$ 6,3 miliar (Rp 93 triliun) untuk sembilan bulan pertama tahun ini. Permasalah yang timbul antara Didi dan pemerintah China sendiri berawal pada saat raksasa teknologi itu melantai di Bursa Amerika Serikat (AS) pada Juni lalu. Beijing menuduh ada risiko keamanan siber yang berdampak besar dengan melantainya Didi di Bursa AS.
Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 4,5% hingga 5% di kuartal IV 2021, meski Indonesia masih dibayang-bayangi adanya varian Omicron. Menurutnya proyeksi tersebut berdasarkan mulai landainya kasus paparan Covid-19 sehingga mendorong mobilitas masyarakat dan berpotensi meningkatkan sektor-sektor strategis seperti industri manufaktur dan perdagangan. Selain sektor tersebut yang mendukung pertumbuhan ekonomi yakni sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial karena semakin efektifnya penanganan Covid-19 dan meluasnya pelaksanaan vaksinasi serta sektor informasi dan komunikasi akibat dari adaptasi kebiasaan baru, dikutip dari Kontan.
Program Pengungkapan Sukarela (PPS) atau Tax Amnesty jilid II berpotensi memberikan dampak berupa aliran dana ke saham-saham di sektor Sumber Daya Alam (SDA) dan Energi Terbarukan (EBT). Salah satu tujuan dari pelaksanaan pengampunan pajak ini yakni untuk meningkatkan investasi, termasuk di pasar modal.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (Closing Market 30 Desember 2021).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana.