Kamis, 7 April 2022
"In the short run, the market is a voting machine, but in the long run it is a weighing machine."
–Benjamin Graham–
Indikator
Global Market
Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali tertekan pada pembukaan perdagangan Rabu (6/4/2022), di tengah berlanjutnya koreksi saham sektor teknologi. Investor menunggu rilis risalah rapat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dijadwalkan pada sore nanti waktu setempat dan mengantisipasi detil baru tentang rencana The Fed mengurangi neracanya dan berlaku hawkish. Momen tersebut membuat imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar melesat ke 2,65% yang merupakan tertinggi dalam 3 tahun terakhir.
Mayoritas bursa Asia-Pasific ditutup koreksi pada perdagangan Rabu (6/4/2022), karena jatuhnya saham teknologi dan menyusul koreksi bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin. Hanya indeks Shanghai Composite China yang ditutup menguat tipis pada hari ini, ditutup naik tipis 0,02% ke level 3.283,43 Sedangkan lainnya terpantau koreksi. Investor di Asia-Pasific cenderung merespons negatif dari data aktivitas jasa China periode Maret 2022. Data yang tercermin pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi Caixin/Markit tersebut mengalami kontraksi tajam menjadi 42,0 pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Februari lalu di angka 50,2. Investor masih menunggu rincian sanksi internasional terbaru terhadap Rusia setelah muncul tuduhan pembunuhan warga sipil Ukraina di kota-kota yang direbut kembali dari pasukan Rusia.
Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah. Indeks ditutup melemah 0,62% di level 7.104 pada perdagangan Rabu (06/04/22). Asing terpantau melakukan pembelian saham dengan net buy Rp 372 miliar di seluruh pasar pada perdagangan hari ini. Sedangkan saham PT Bank Central Asia, Tbk (BBCA) dan PT Adaro Energy Indonesia, Tbk (ADRO) menjadi dua saham paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp 299 miliar dan Rp 113 miliar. Koreksi IHSG terbilang tipis jika dibandingkan Bursa Benua Asia Lainnya. Sikap investor masih menunggu risalah rapat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu (6/4) waktu setempat, yang memberikan gambaran lebih lanjut tentang jalur kenaikan suku bunga acuan.
Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (6/4/2022), di tengah sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang semakin agresif untuk mengekang inflasi agar tidak kembali meninggi. Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 3 tahun dan 20 tahun yang masih ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan penguatan harga. Yield SBN bertenor 3 tahun turun 1,2 basis poin (bp) ke level 3,622%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun melemah 1,4 bp ke level 7,2%. Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik menguat 3,1 bp ke level 6,78%.
Sumber data : Bloomberg Closing Price dan CNBC.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana, Fetie Nilasari. Alvin Tejo S, Kemal Riayadsyah, Vhannya. B. Fitrah.