Jumat, 8 April 2022
"In investing, what is comfortable is rarely profitable."
–Robert Arnott–
Indikator

Global Market
Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka koreksi pada perdagangan Kamis (7/4/2022), di tengah pesimisme investor akan outlook ekonomi AS terhadap agresivitas Bank Sentral (Federal Reserve/The Fed) yang akan memperketat kebijakan moneternya. Bursa saham mengarah kepada aksi jual selama 3 hari beruntun sejak rilis risalah rapat The Fed per Maret yang menunjukkan bahwa para pejabat Bank Sentral berencana untuk mengurangi triliunan kepemilikan obligasi mereka dengan jumlah konsensus sekitar US$ 95 miliar. Oleh karena itu tingkat volatilitas di market akan masih terus berlanjut untuk beberapa waktu kedepan karena masih banyaknya ketidakpastian yang membayangi sikap investor pada saat ini.
Utusan Uni Eropa pada hari ini, Kamis (07/04/2022) dikabarkan akan menyetujui rencana larangan pembelian batubara asal Rusia yang akan berlaku penuh mulai pertengahan Agustus, sebulan lebih lambat dari yang diusulkan. Rencana penundaan pelarangan ini disebutkan karena adanya tekanan dari Jerman untuk menunda kebijakan tersebut. Pelarangan impor batubara Rusia oleh Uni Eropa merupakan langkah signifikan dalam bagian paket sanksi kelima terhadap Rusia yang diusulkan Komisi Uni Eropa minggu ini, sebagai reaksi terhadap kekejaman di kota Bucha di Ukraina. Sebagian besar pembelian batubara Rusia oleh Eropa dilakukan di pasar spot, bukan kontrak jangka panjang. Pembelian spot tersebut akan dihentikan segera setelah sanksi dijatuhkan.
Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,33% di level 7.127,37 pada perdagangan hari ini, Kamis (7/4/2022). Penguatan IHSG hari ini juga ditopang oleh aksi beli saham investor asing dengan data perdagangan mencatat asing net buy sebesar Rp 414 miliar di pasar reguler. Saham PT Telkom Indonesia, Tbk (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI) menjadi yang paling banyak diborong asing dengan net buy Rp 135,3 miliar dan Rp 107,9 miliar. Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Kamis (7/4/2022). Mayoritas investor cenderung kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan kembali naiknya imbal hasil (yield).
Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per akhir Maret 2022 sebesar US$ 139,1 miliar. Cadangan devisa turun sebesar US$ 2,3 miliar dari bulan sebelumnya. "Penurunan posisi cadangan devisa pada Maret 2022 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah," sebut keterangan tertulis Bank Indonesia. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan.
Sumber data : Bloomberg Closing Price dan CNBC.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana, Fetie Nilasari. Alvin Tejo S, Kemal Riayadsyah, Vhannya. B. Fitrah.