Kamis, 14 April 2022
"In investing, what is comfortable is rarely profitable."
–Robert Arnott–
Indikator
Global Market
Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan Rabu (13/4/2022), di tengah antisipasi pemodal atas kinerja Bank-Bank raksasa di Negeri Sam tersebut. Kenaikan terjadi setelah indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq mencetak koreksi tiga hari berturut-turut di tengah lonjakan inflasi AS per Maret yang mencapai 8,5% atau tertinggi sejak 1981. FactSet Research memperkirakan laba bersih kuartal I-2022 emiten di AS bakal tumbuh hanya 4,5% menjadi pertumbuhan yang terlambat sejak pandemi 2020. "Pandangan kami adalah kinerja kuartal I masih akan baik meski ekspektasi dan target manajemen akan lebih negatif dan kemudian menjadi positif kembali," tutur Chris Senyek, Kepala Perencana Investasi Wolfe Research, seperti dikutip CNBC International.
Inflasi di Amerika Serikat (AS) kembali melesat di bulan Maret, semakin menguatkan peluang The Fed (Bank Sentral AS) akan menaikkan suku bunga lebih agresif lagi di tahun ini. Namun, langkah The Fed tersebut diperkirakan akan membuat perekonomian AS kembali mengalami resesi. Inflasi berdasarkan Consumer Price Index (CPI) di Amerika Serikat (AS) kini sudah menembus 8,5% (year-on-year/yoy) di bulan Maret, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 7,9% (yoy). Inflasi tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 1998.
Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,67% ke level 7.262,77 pada perdagangan Rabu (13/4/2022) dan menjadi level penutupan tertinggi sepanjang sejarah IHSG. Asing kembali nett buy dengan nilai Rp 858 miliar di seluruh pasar. Dimana nilai transaksi hari ini tergolong ramai di angka Rp 16,8 triliun. Saham paling diborong asing pagi ini adalah saham PT Telkom Indonesia (Persero), Tbk (TLKM) dan PT Indo Tambangraya Megah, Tbk (ITMG) dengan nett buy masing-masing Rp 417 miliar dan Rp 110 miliar.
Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (13/4/2022), di tengah melonjaknya kembali inflasi Amerika Serikat (AS) pada periode Maret 2022. SBN tenor pendek yakni tenor 1 tahun dan 3 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) dan menguatnya harga. Sebaliknya, SBN tenor menengah hingga panjang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga. Selain itu setelah kenaikan harga Pertamax, akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti BBG, Bioethanol, Bio CNG, dan lain-lain. Hal ini diperkirakan akan menaikan angka inflasi di Indonesia. Kenaikan harga Pertalite hingga 10% bisa menyumbang inflasi 0.32%, Elpiji 3kg hingga 10% menyumbang inflasi 0.35%.
Sumber data : Bloomberg Closing Price dan CNBC.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana, Fetie Nilasari. Alvin Tejo S, Kemal Riayadsyah, Vhannya. B. Fitrah.