Senin, 18 April 2022
"The biggest risk of all is not taking one."
–Mellody Hobson–
Indikator
Global Market
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambruk pada pembukaan perdagangan Jumat (15/4/2022), di tengah rilis kinerja kuartal I-2022 emiten unggulan AS yang cenderung variatif sementara inflasi tinggi masih membayangi. Indeks Dow Jones Industrial Average drop 113,36 poin (-0,33%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 30 menit menjadi minus 113,36 poin (-0,33%) ke 34.451,23. S&P 500 surut 54 poin (-1,21%) ke 4.392,59 dan Nasdaq drop 292,51 poin (-2,14%) ke 13.351,08. Pasar masih dibayangi kecemasan seputar inflasi tinggi sepekan ini yang memicu kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar menguat 13 basis poin (Bp) ke 2,8%.
Harga minyak mentah dunia melejit sepanjang pekan ini, membalik koreksi sepekan sebelumnya, menyusul rencana Uni Eropa menghentikan impor minyak mentah dari Rusia secara bertahap. Pada Kamis (14/4/2022) harga kontrak berjangka minyak mentah jenis Brent yang menjadi acuan Eropa melesat 2,68% ke US$ 111,7/barel, sedangkan harga kontrak minyak acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) lompat 2,59% ke US$ 107/barel.
Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan performa ciamiknya pada pekan ini, bahkan telah mencetak rekor terbarunya (All Time High/ATH) dalam lima pekan terakhir. Pada Perdagangan Rabu (13/4/2022), IHSG berhasil menutup perdagangan dengan level tertinggi sepanjang sejarah di 7.262,77. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), selama perdagangan periode 11-14 April 2022 atau sepanjang pekan ini, IHSG bergerak menguat 0,34% secara point-to-point. IHSG pun mencatatkan penguatan selama lima pekan beruntun. Di level Asia, kinerja IHSG juga standout. Secara year-to-date, IHSG menempati urutan pertama di ASEAN yang melesat 9,94%. Lalu disusul Straits Times (Singapura) tumbuh sebesar 6,83%.
Pekan ini, fokus pasar akan berimbang memantai kabar dari dalam dan luar negeri. Stimulus pertama datang dari China, akan merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2022 Konsensus oleh Trading Economics memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,4%. Kedua, data produksi industri China per Maret yang akan dirilis pada hari yang sama, tetapi diprediksi memburuk dengan hanya tumbuh 4,5% atau melambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,5%. Ketiga, dari Indonesia diperkirakan nilai ekspor bulan lalu naik 23,22% dari Maret 2021 (Year-on-Year/YoY). Sementara itu, impor diperkirakan tumbuh 17,07 YoY. Dengan perkiraan tersebut, neraca perdagangan diprediksi surplus US$ 2,97 miliar.
Sumber data : Bloomberg Closing Price dan CNBC.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana, Fetie Nilasari. Alvin Tejo S, Kemal Riayadsyah, Vhannya. B. Fitrah.