Rabu, 25 Mei 2022
"Know What You Own, and Know Why You Own it."
–Peter Lynch–
Indikator
Global Market
Investor global masih memperdebatkan seberapa agresif Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi yang masih buas. Tekanan harga operasional tinggi akibat inflasi telah mengikis beberapa pendapatan Perusahaan. Akan tetapi analis juga khawatir bahwa pengetatan kondisi keuangan terlalu agresif juga berisiko membebani pertumbuhan ekonomi. Kekhawatiran inflasi diperburuk dalam beberapa bulan terakhir ketika China menerapkan pengamanan wilayah (lockdown) untuk menahan penyebaran Covid-19, menambah ketegangan pada rantai pasokan. Perang Rusia melawan Ukraina juga menyebabkan negara-negara Eropa beralih dari minyak dan gas Moskow, membuat harga komoditas tersebut melambung dan hal ini menjadi kontribusi melonjaknya inflasi global.
Data negara Jepang dari aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) pada Mei 2022 sedikit berkontraksi menjadi 53,2, dari bulan April lalu di angka 53,5. Sementara di Australia, PMI manufaktur pada bulan ini juga berkontraksi menjadi 55,3 dari bulan April lalu di angka 58,8. Meski PMI manufaktur Australia dan Jepang pada Mei 2022 berkontraksi, tetapi sejatinya masih berada di level ekspansi.
Indonesia
Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 3,5% pada bulan ini. BI mengakui kebijakan fiskal pemerintah membantu mereka mengulur kenaikan suku bunga acuan. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga Deposit Facility Rate sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility Rate sebesar 4,25%. BI sudah mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 3,5% sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 15 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan keputusan BI menahan suku bunga acuan sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi tanpa perlu meninggalkan momentum pertumbuhan ekonomi. Perry mengakui kebijakan fiskal pemerintah memberi ruang lebih pada BI untuk tidak menaikkan suku bunga, setidaknya hingga saat ini. Hal tersebut berbeda dengan negara lain di mana Bank Sentral mereka, seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS) sudah menaikkan suku bunga karena tekanan inflasi yang sangat besar.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta pukul 09.05 WIB.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana, Fetie Nilasari. Alvin Tejo S, Vhannya Bella, Kemal Riayadsyah, Yully.