Senin, 30 Mei 2022
"Know What You Own, and Know Why You Own it."
–Peter Lynch–
Indikator
Global Market
Harga minyak mentah dunia menguat signifikan pada pekan ini di tengah upaya dari blok Uni Eropa untuk menerapkan sanksi berupa embargo minyak mentah asal Rusia. Meski demikian, Uni Eropa (UE) masih berselisih dengan Hongaria atas rencana tersebut yang merupakan bentuk sanksi terhadap Rusia yang telah melakukan agresi militernya di Ukraina. Persetujuan Hongaria menjadi sakral karena sanksi tersebut hanya dapat dijatuhkan jika disetujui secara absolut oleh seluruh anggota Uni Eropa, termasuk Hongaria. Rusia sendiri merupakan eksportir minyak mentah terbesar kedua di dunia, artinya jika sanksi ini akhirnya disetujui, maka dunia dan Eropa secara khusus akan menghadapi pasokan minyak mentah yang lebih ketat. Pekan ini, negara-negara Uni Eropa masih merundingkan kesepakatan mengenai sanksi minyak Rusia yang akan mengembargo pengiriman tetapi menunda sanksi atas minyak yang dikirim melalui pipa untuk memenangkan Hongaria dan negara-negara anggota yang terkurung daratan lainnya, kata para pejabat.
Kenaikan harga minyak juga didorong oleh ekspektasi tingginya permintaan. Tidak lama lagi, Bumi belahan utara (Northern Hemisphere) akan memasuki musim panas. Libur panjang akan membuat jutaan orang melakukan perjalanan. Apalagi saat ini penyebaran Covid-19 kian melandai. Pelonggaran pembatasan membuat masyarakat makin bebas untuk melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan liburan. Sejumlah negara pun kembali membuka perbatasan untuk wisatawan asing. Selandia Baru, Jepang, Australia, sudah membuka diri bagi para pelancong.
Indonesia
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita membuka peluang pengembangan hilirisasi industri serta Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan Perusahaan Jerman. Sebab, ia mengatakan hilirisasi mampu meningkatkan nilai tambah komoditas, seperti kelapa sawit. Produk-produk yang dihasilkan melalui teknologi mutakhir dari Perusahaan tersebut digunakan oleh industri lain sebagai bahan baku untuk produk deterjen, komponen perawatan kulit dan kosmetik, bahan kimia pertanian, industri tekstil, industri percetakan, industri makanan, dan obat-obatan. Agus mengatakan dalam 10 terakhir ekspor produk turunan kelapa sawit dari Indonesia meningkat signifikan, dari 20% pada 2010 menjadi 80% pada 2020. Saat ini, 168 produk hilir CPO berproduksi di Indonesia. Pada 2011 silam, hanya ada 54 jenis produk hilir CPO.
Selain itu, nilai ekspor produk sawit pada 2021 juga meningkat 56,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, Agus mengklaim program B30 yang merupakan salah satu produk dari kebijakan hilirisasi kelapa sawit, telah mampu mengurangi impor solar sebesar 9,02 juta kiloliter pada 2021. Artinya, terdapat penghematan devisa US$ 4,54 miliar atau setara dengan Rp 64,45 triliun. Program ini juga mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca sekitar 24,4 juta ton setara CO2.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana, Fetie Nilasari. Alvin Tejo S, Vhannya Bella, Kemal Riayadsyah, Yully.