Rabu, 08 Juni 2022
"The most important investment you can make is in yourself."
–Warren Buffett–
Indikator
Global Market
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup Positif pada perdagangan hari Selasa (7/6/2022). Indeks Dow Jones Industrial Average naik 264,359 poin atau 0,80% menjadi 33.180141. Indeks S&P 500 naik 39,250 poin atau 0,95% ke 4.160,680 dan Nasdaq Composite naik 113,860 poin atau 0,94% menjadi 12.175,23. Sentimen pasar mendapat dorongan dari saham-saham teknologi yang naik pada perdagangan tadi malam. Hal ini didasarkan dari tingkat inflasi yang terjadi di negeri Paman Sam.
Yield Treasury tenor 10 tahun cenderung melemah 1,8 bp ke level 3,02%, dari sebelumnya pada penutupan Senin kemarin di level 3,038%. Yield Treasury tenor 10 tahun kembali menyentuh kisaran level 3% sejak Senin awal pekan ini. Investor menanti rilis data inflasi pada periode Mei 2022 yang akan dirilis pada akhir pekan ini. Inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS pada bulan lalu diprediksi akan sedikit lebih rendah ketimbang bulan April dan beberapa analis mengharapkan IHK akan menunjukkan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya. Namun, investor juga masih memperkirakan bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fede) masih akan bersikap agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya di pertemuan berikutnya. Berdasarkan CME FedWatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 1,25-1,5% pada rapat 15 Juni mendatang mencapai 98%.
Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mengakhiri perdagangan Selasa (7/6/2022) di zona hijau. IHSG ditutup menguat 0,63% di level 7.141,04. Namun di saat IHSG menguat asing justru mencatatkan net sell sebesar Rp 742 miliar di pasar reguler. Saham yang paling banyak dilepas oleh asing pada perdagangan kemarin adalah saham TLKM dan BBCA dengan net sell masing-masing sebesar Rp 283 miliar dan Rp 293 miliar. Sedangkan saham yang banyak diborong asing kemarin adalah saham BMRI dan INCO dengan net buy masing-masing sebesar Rp 101 miliar dan Rp 54 miliar.
Permintaan batubara global melonjak seiring dengan pemulihan ekonomi yang mendorong berlanjutnya tren kenaikan harga dari komoditas batubara hingga ke level USD 400 per ton. Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF), Singgih Widagdo menyebutkan bahwa lonjakan harga komoditas yang terjadi di tengah naiknya permintaan batubara oleh negara India bisa dimanfaatkan Indonesia sebagai penambah ekspor. Larangan yang diberikan ke Rusia oleh Eropa telah memicu kenaikan harga pada harga gas alam, yang pada akhirnya ikut merembet ke batubara yang membuat wilayah Eropa masih terkendala dalam sistem dan pembiayaan pengiriman yang sangat tinggi.
Sumber data : Bloomberg Closing Price dan CNBC.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana, Fetie Nilasari, Alvin Tejo S, Kemal Riayadsyah, Vhannya. B. Fitrah.