Thursday, 07 July 2022
"The individual investor should act consistently as an investor and not as a speculator."
–Benjamin Graham–
Indikator
Global Market
Beberapa analis memperkirakan resesi di Amerika Serikat akan terjadi di akhir tahun ini atau tahun depan. Suatu negara dikatakan mengalami resesi jika Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kontraksi dua kuartal beruntun (year-on-year/yoy). Amerika Serikat memang belum mengalami hal tersebut, tetapi warganya sudah merasakan kemerosotan perekonomian. Bloomberg mengutip hasil survei yang dilakukan CivicScience pada bulan lalu menunjukkan sepertiga warga Amerika Serikat percaya perekonomian sudah mengalami resesi saat ini. Inflasi yang mencapai 8,6% (yoy) Mei lalu, dan mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir sangat memukul daya beli masyarakat, bahkan dikatakan membuat menjadi lebih miskin.
Eropa saat ini masih dihantui oleh krisis gas. Berita terbaru, ancaman krisis ini disebabkan oleh pekerja minyak dan gas Norwegia yang mogok kerja dan menutup tiga ladang di Laut Utara. Perusahaan energi milik negara Norwegia, Equinor, mengatakan pihaknya terpaksa menutup ladang. Beberapa pekerja mogok karena perselisihan gaji. Ketiga ladang yang ada, menghasilkan setara dengan sekitar 89.000 barel minyak per hari, lebih dari 30% diantaranya adalah gas alam. Berita pemogokan tersebut mendorong harga gas alam Eropa berjangka naik 5% mencapai EUR 172 (Rp 2,6 juta) per megawatt jam. Ini merupakan harga tertinggi sejak awal Maret di hari-hari setelah serangan Rusia ke Ukraina. Norwegia menyumbang seperempat dari pasokan energi Eropa.
Dari pasar Asia, Shanghai sekali lagi akan melakukan pengujian masal di beberapa distriknya di tengah kembali maraknya kasus covid- 19, hal ini menyalakan kembali kekhawatiran bahwa China akan mengembalikan penguncian yang ketat. Kasus BA.5.2 ditemukan di Kota Beijing dan Xi'an. Mengutip Global Times, Xi'an, ibu kota Provinsi Shaanxi, meluncurkan langkah-langkah pengendalian pencegahan epidemi selama tujuh hari di beberapa tempat umum mulai hari Rabu kemarin, setelah melaporkan 29 kasus dalam empat hari terakhir.
Indonesia
Pelaku pasar makin mencemaskan resesi global yang membuat Bank Sentral di sebagian besar negara maju terus bersikap agresif menaikkan suku bunga acuannya guna meredam inflasi. Situasi ini membuat kurs Rupiah terus melemah dan ditutup hanya 1 poin di bawah Rp 15.000 per dollar AS, hari Rabu kemarin. Mengutip data Bloomberg, hari Rabu kemarin pukul 15.00 WIB, kurs Rupiah akhirnya ditutup pada level Rp 14.999 per dollar AS, melemah 5 poin atau 0,04% dari penutupan pasar spot pada hari sebelumnya di level Rp 14.994 per dollar AS. Indeks dollar masih dalam tren level yang tinggi. Ini tidak bisa dilepaskan pelaku pasar global sedang dicekam kekhawatiran melihat kondisi perekonomian global yang tengah dibayangi resesi
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (closing market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.