Friday, 22 July 2022
"The future doesn’t belong to the fainthearted, it belongs to the brave."
–Ronald Reagan–
Indikator
Global Market
Klaim angka pengangguran awal di Amerika Serikat melanjutkan trend kenaikannya dan menyentuh level tertinggi sejak November 2021. Klaim awal naik menjadi 251.000 hingga 16 Juli 2022, melonjak dari 244.000 klaim yang disesuaikan dari minggu sebelumnya. Hal ini merupakan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Namun begitu, berita positif yang dilaporkan kemarin, lebih dari 90 Perusahaan yang ada di indeks S&P 500 telah merilis kinerjanya hingga saat ini untuk kuartal kedua dan 78% diantaranya di atas ekspektasi analis. Saham consumer discretionary memimpin kenaikan indeks S&P 500, naik lebih dari 2% didukung oleh saham Tesla. Pabrikan mobil listrik itu meroket sekitar 9,8% setelah melaporkan kinerja yang lebih kuat dari perkiraan meski margin kotor otomotif menyusut.
Bursa ekuitas Eropa ditutup lebih tinggi pada hari Kamis kemarin, setelah Bank Sentral Eropa mengumumkan kenaikan suku bunga 50 basis poin, kenaikan suku bunga pertama selama 11 tahun. Kenaikan suku bunga European Central Bank (ECB) membawa suku bunga depositonya menjadi 0%, setelah tetap berada di wilayah negatif sejak 2014 karena blok mata uang bersama itu menangani krisis utang negara dan pandemi virus korona. Langkah ini dimaksudkan untuk memerangi lonjakan inflasi di seluruh zona euro, dengan latar belakang pertumbuhan yang melambat, perang di Ukraina dan ancaman terhadap pasokan energi.
Dari Asia, Bank of Japan (BoJ) bertahan pada kebijakan moneter ultra longgar sebagaimana telah diperkirakan. BoJ juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 dan meningkatkan prediksi inflasi. Laporan indeks harga konsumen terbaru Jepang menunjukkan bahwa harga naik 2,1% dari tahun sebelumnya, tepat di atas target Bank Sentral. Dari Korea Selatan, dilaporkan saham produsen mobil Hyundai Motors merilis pendapatan Perusahaan yang mengalahkan perkiraan analis. Pendapatan pada kuartal kedua naik menjadi 36 triliun Won Korea ($ 27,4 miliar), dan laba bersih melonjak 55,6% dari tahun lalu menjadi 3 triliun Won Korea.
Indonesia
Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuannya dan berdampak pada pelemahan nilai tukar Rupiah. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20-21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate di 3,5%. Genap 17 bulan sudah suku bunga acuan dipertahankan di level terendahnya sepanjang sejarah. Nilai tukar rupiah di pasar spot langsung melemah dan tembus Rp 15.030/US$ sebagai respon atas keputusan tersebut. Keputusan BI menahan suku bunga acuan memang sejalan dengan ekspektasi mayoritas ekonom. Alasan BI masih tahan suku bunga acuan adalah dengan mempertimbangkan kondisi inflasi yang cenderung rendah. Khususnya inflasi inti pada Juni 2022 yang masih di bawah 3%.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (closing market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.