Thursday, 04 August 2022
"When you undervalue what you do, the world will undervalue who you are.”
–Oprah Winfrey–
Indikator
Global Market
Bursa ekuitas Wall Street menguat pada hari Rabu, memulihkan kerugian dari awal pekan ini karena trader menyambut baik data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan yang membantu menghilangkan kekhawatiran resesi. Kebangkitan yang mengejutkan dalam data Purchasing Managers Index (PMI) jasa pada bulan Juli, yang dirilis pada hari Rabu, membantu investor menghilangkan kekhawatiran bahwa Amerika Serikat telah jatuh ke dalam resesi, hal ini mendorong trader kembali ke saham teknologi yang terpuruk. Indeks tersebut mengakhiri penurunan dalam tiga bulan. Komentar dari Presiden Federal Reserve negara bagian St. Louis, James Bullard, turut mendorong sentimen. Dia mengatakan tidak berpikir Amerika saat ini dalam resesi dan kenaikan suku bunga untuk menjinakkan inflasi yang tinggi akan terus berlanjut. Bursa ekuitas Eropa berakhir di zona hijau pada hari Rabu, setelah data ekonomi Amerika Serikat yang kuat meredakan kekhawatiran investor akan resesi yang membayangi. Untuk data ekonomi, penjualan ritel zona Euro turun lebih dari ekspektasi pada bulan Juni, turun 1,2% (month-on-month) dan 3,7% (year-on-year) karena harga barang yang
terus naik, mengurangi permintaan konsumen.
Pasar ekuitas Emerging Market Asia di luar China mencatatkan arus masuk bersih bulanan dana investor asing pada bulan Juli lalu, setelah enam bulan membukukan arus modal negatif. Investor berspekulasi bahwa besaran kenaikan suku bunga AS akan berkurang, dan penurunan harga komoditas belakangan ini akan meredam lonjakan inflasi. Data dari bursa saham di Korea Selatan, India, Taiwan, Filipina, Vietnam, Indonesia dan Thailand menunjukkan bahwa investor asing membeli ekuitas dengan nilai bersih USD 1,23 miliar, yang merupakan pembelian bersih bulanan pertama mereka sejak Desember 2021.
Indonesia
Pertumbuhan ekonomi/GDP Indonesia pada kuartal II tahun ini diperkirakan mencapai 5,17% (year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2022. Jika proyeksi tersebut sesuai kenyataan maka ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5% selama tiga kuartal beruntun. Artinya, resesi akan semakin menjauh dari Bumi Pertiwi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari
14 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 3,49% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq). Pada kuartal I-2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (yoy) tetapi mengalami kontraksi sebesar 0,96% (qtq). Hasil polling sejalan dengan proyeksi dari Bank Indonesia (BI) dan pemerintah. Pada hari Senin (1/8/2022), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 akan bertahan di
atas 5%.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (closing market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.