Thursday, 11 August 2022
"Where you stand depends on where you sit.”
–Nelson Mandela–
Indikator
Global Market
Indeks Nasdaq dan S&P 500 melambung lebih dari 2% pada penutupan hari Rabu, setelah data menunjukkan inflasi Amerika Serikat melambat lebih dari ekspektasi pada Juli, dan meningkatkan harapan Federal Reserve akan menjadi kurang agresif terkait rencana kenaikan suku bunga. Itu adalah kenaikan satu hari terbesar bagi indeks Nasdaq dan S&P 500 dalam dua pekan dan untuk Dow dalam tiga minggu. Itu adalah penutupan tertinggi bagi indeks S&P 500 sejak awal Mei. Data Indeks Harga Konsumen/inflasi dari sisi konsumen bulan Juli tercatat 8,5% selama 12 bulan terakhir di bawah ekspektasi, setelah kenaikan 9,1% pada bulan Juni. Data tersebut merupakan tanda pertama yang melegakan bagi rakyat Amerika yang menyaksikan inflasi terus meroket dalam dua tahun terakhir.
Dari Eropa, inflasi dari sisi konsumen bulan Juli Jerman mencapai 7,5% (year on year) dan 0,9% secara bulanan, sesuai dengan ekspektasi. Laporan keuangan tetap menjadi pendorong utama pergerakan harga saham individu di Eropa. Ahold Delhaize, ABN-Amro Bank, E.On, TUI Group, Metro, Deliveroo, Prudential dan Aviva termasuk di antara perusahaan besar yang merilis datanya sebelum penutupan perdagangan pada sesi hari Rabu. Perusahaan asuransi Inggris Aviva sahamnya naik 12% setelah mencatat laba semester pertama yang optimistis.
Inflasi di tingkat produsen China periode bulan Juli naik 4,2% (yoy), lebih rendah dari perkiraan kenaikan sebesar 4,8% dalam jajak pendapat Reuters. Sedangkan Inflasi di tingkat konsumen naik menjadi 2,7% pada bulan Juli dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2021, terbesar sejak bulan Juli 2020. Analis memperkirakan angka tersebut akan mencapai 2,9%. Tekanan inflasi yang mendasari di China karena lockdown sporadis telah membebani belanja konsumen dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Indonesia
Dana asing masih mengalir deras ke pasar saham tanah air. Dalam sepekan, investor asing melakukan net buy senilai Rp. 4,71 triliun di pasar reguler. Sementara sejak awal tahun jumlah dana asing yang masuk mencapai Rp. 54,52 triliun. Faktor terbesar dari derasnya net foreign income ke pasar saham dikarenakan outlook ekonomi Indonesia yang baik. Hal ini tercermin dari ekonomi Indonesia yang berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,44% secara year-on-year sepanjang kuartal II-2022. Selain itu kinerja emiten, terutama big caps di kuartal II-2022 juga menunjukkan hasil yang sangat baik. Kondisi pasar obligasi domestik kembali menguat, setelah yield Surat Berharga Negara (SBN) sempat berada di level 7,5%. Tak hanya yield yang turun, investor asing juga mulai melakukan aksi beli di pasar SBN. Masuknya dana asing ke pasar SBN domestik turut membuat risk appetite investor domestik di pasar SBN ikut meningkat.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (closing market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.