Monday, 15 August 2022
"Ignorance is always afraid of change"
–Jawaharlal Nehru–
Indikator
Global Market
Bursa Wall Street ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan ini karena sinyal inflasi telah mencapai puncaknya, turun dari 9,1% pada bulan Juni 2022 ke 8,5% (year on year/yoy) per bulan Juli 2022 (yoy). Hal tersebut meningkatkan kepercayaan investor bahwa bullish market dapat berlangsung. Indeks S&P 500 melintasi level teknikal di 4.231 poin, menunjukkan indeks acuan telah memulihkan setengah kerugiannya sejak jatuh dari puncak sepanjang masa pada bulan Januari lalu. Sebuah retracement 50% untuk beberapa sinyal bullish market. Melihat kondisi tersebut, para analis memprediksi inflasi pada akhir tahun mungkin melambat menjadi 7% atau sedikit lebih rendah.
Pasar saham zona Eropa bergerak menguat ke zona hijau pada perdagangan akhir pekan lalu. Para investor mencermati arah kebijakan moneter dan pertumbuhan ekonomi. Investor di Eropa mencerna banyak rilis data ekonomi pada hari Jumat, termasuk pembacaan awal PDB Inggris kuartal kedua. Data inflasi Juli yang dicetak dari Prancis, Spanyol dan Italia, dan produksi industri zona euro untuk Juni.
Ekonomi Inggris mengalami kontraksi pada kuartal kedua 2022 karena krisis biaya hidup yang melanda negara itu. Angka resmi yang diterbitkan pada hari Jumat lalu, menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) menyusut 0,1% kuartal ke kuartal dalam tiga bulan kedua tahun ini. Tetapi lebih rendah dari perkiraan kontraksi sebesar 0,3% yang diharapkan oleh para analis.
Bursa saham Asia ditutup beragam pada perdagangan hari Jumat (12/8) lalu. Pasar saham China daratan tutup di zona merah. Produsen chip terbesar China Semiconductor Manufacturing International Corporation melaporkan laba bersih sebesar $514 juta pada kuartal kedua tahun 2022, turun 25% dari periode yang sama tahun lalu.
Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menganggap penurunan inflasi Amerika Serikat (AS) sebagai kabar baik. Setidaknya ini bisa mengurangi derita banyak negara yang sebelumnya diperkirakan. Inflasi di Amerika Serikat menurun tanpa menyebabkan resesi harus terjadi. Dengan demikian ekonomi dunia tidak menjadi sesuram yang dibayangkan. Dampaknya terhadap Indonesia juga akan menjadi positif. Menurut Menkeu, terjadi leveling dan stabilitas harga yang kemudian tak perlu harus menyebabkan pelemahan ekonomi yang eksesif, akan menahan juga kebijakan-kebijakan adjusment terutama Bank sentralnya, The Fed atau European Central Bank.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.