Tueday, 13 September 2022
“Everyone has a particular God-given ability.”
–King Charles III–
Indikator
Global Market
Bursa Wall Street memperpanjang kenaikannya pada hari Senin, ketika investor menunggu data inflasi yang dapat memberikan petunjuk tentang kebijakan pengetatan Federal Reserve. Indeks Harga Konsumen (IHK)/inflasi dari sisi konsumen, yang dijadwalkan akan dirilis hari Selasa malam ini wib, adalah data ekonomi utama minggu ini yang akan ditelaah untuk tanda-tanda mengenai jumlah dan ukuran kenaikan suku bunga The Fed di masa mendatang. Pasar keuangan saat ini memperkirakan 92% kemungkinan bahwa pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menerapkan kenaikan suku bunga 75 basis poin kali ketiga berturut-turut.
Bursa ekuitas Eropa menyentuh level tertinggi dalam dua pekan pada hari Senin, dimana saham perbankan reli mendekati level tertinggi selama empat minggu yang didorong spekulasi kenaikan suku bunga yang lebih besar. Sektor perbankan yang diuntungkan dalam tren suku bunga yang tinggi, naik dengan indeks bank Euro naik 3,4%, memperpanjang penguatan dari hari Kamis lalu ketika Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga utamanya sebesar 75 basis poin dan menjanjikan kenaikan lebih lanjut.
Pasar saham Asia reli pada hari Senin (12/9) sore di tengah ekspektasi inflasi Amerika Serikat akan mendingin. Sementara Dolar Amerika Serikat tertahan oleh risiko suku bunga Eropa yang lebih tinggi dan intervensi Jepang. Libur pasar saham China dan Hongkong (mid- autumn festival), serta Korea Selatan (Chuseok-Thanksgiving ala Korea) membuat aktivitas trading di Asia menjadi lambat. Sementara itu, saham terkait traveling di Jepang menguat setelah media lokal memberitakan bahwa pemerintah Jepang sedang menyusun rencana membolehkan traveling individu, serta menghapus persyaratan masuk untuk rombongan tour. Hal ini menyebabkan harga saham Japan Airlines naik 2,25%, Ana Holdings naik 2,6%. Perusahaan agen perjalanan seperti HIS dan AirTrip menguat masing-masing 2,9% dan 8,3%.
Indonesia
Pemerintah melalui Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan nominal Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan mencapai Rp. 21.037,9 triliun. Hal ini seiring dengan target pertumbuhan ekonomi yang baru saja disepakati pemerintah. Pertumbuhan ekonomi yang disepakati mencapai 5,3% (year on year/yoy) dan tingkat inflasi 3,6% (yoy). Inflasi lebih tinggi dari perkiraan dalam Nota Keuangan RAPBN 2023 yang sebesar 3,3%. Adapun nilai tukar Rupiah dipatok sebesar Rp. 14.800 per Dolar Amerika Serikat pada 2023 atau lebih tinggi dari asumsi awal dalam Nota Keuangan yang sebesar Rp. 14.750 per Dolar Amerika Serikat. Kemudian suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun sebesar 7,9% di tahun depan.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.