Thursday, 15 September 2022
“Remember where you came from.”
-Donald Rumsfeld-
Indikator
Global Market
Bursa ekuitas Wall Street ditutup di zona hijau pada hari Rabu kemarin, setelah sehari sebelumnya mendapat pukulan dari aksi jual yang cukup dalam. Hal ini disebabkan karena laporan inflasi dari sisi produsen yang sesuai target, menghambat aliran aksi jual di pasar saham. Data Indeks Harga Produsen (IHP/PPI) Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat bulan Agustus 2022 (year on year) dilaporkan dekat dengan perkiraan konsensus (Aktual: 8,7%, Konsensus: 8,8%, Sebelumnya: 9,8%) dan memberikan sentiment positif, setelah data IHK (Indeks Harga Konsumen) yang mengguncang pasar pada hari Selasa, yang tercatat lebih tinggi dari ekspektasi.
Bursa ekuitas Eropa melanjutkan pelemahan pada hari Rabu, setelah data inflasi Amerika Serikat yang lebih tinggi dari perkiraan minggu ini memperkuat pandangan tentang kenaikan suku bunga yang lebih besar oleh Federal Reserve, tetapi reli saham minyak menahan kejatuhan bursa lebih dalam. Saham energi menguat 0,8% karena harga minyak naik, setelah Badan Energi Internasional memperkirakan peningkatan peralihan dari gas ke minyak akibat harga yang tinggi memasuki musim dingin ini.
Market saham Asia jatuh pada hari Rabu (14/9) sore karena data Amerika Serikat menghilangkan harapan inflasi telah mencapai puncak. Inflasi Amerika Serikat bulan Agustus 2022 naik 0,1% secara bulanan atau meleset dari perkiraan turun 0,1%. Sedangkan inflasi inti (tidak termasuk energi dan pangan) meningkat 2 kali lipat jadi 0,6%.
Indonesia
Dolar Amerika Serikat yang perkasa pasca rilis data inflasi membuat Rupiah jeblok 0,37% ke Rp. 14.905/US$. Namun, pada perdagangan Kamis (15/9/2022) Rupiah punya peluang menguat sebab Indeks Dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari Rabu berakhir melemah 0,14%. Selain itu dari dalam negeri, pelaku pasar akan melihat data neraca perdagangan. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada bulan Agustus 2022 sebesar US$ 4,12 miliar. Surplus menurun tipis dibandingkan bulan Juli 2022 yang mencapai US$ 4,23 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia akan mencatat surplus selama 28 bulan beruntun, yang tentunya bisa menjadi sentimen positif ke pasar finansial. Secara teknikal, Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kembali ke atas rata-rata pergerakan 50 hari kisaran Rp. 14.890/US$ - Rp. 14.900/US$.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.