Friday, 16 September 2022
"Whenever you do a thing, act as if all the world were watching."
–Thomas Jefferson (former U.S. President)–
Indikator
Global Market
Bursa ekuitas Wall Street berakhir di zona merah pada hari Kamis, memperpanjang kerugiannya karena serangkaian data ekonomi gagal mengubah arah pengetatan kebijakan yang agresif oleh Federal Reserve di tengah meningkatnya peringatan akan resesi global. Sederet data ekonomi yang variatif, dipimpin Retail Sales/Penjualan Ritel bulan Agustus 2022 (year on year) turun dari bulan sebelumnya (aktual : 9,1%, sebelumnya : 10,1%) dan penurunan Initial Jobless Claim/Klaim Pengangguran Awal (aktual : 213.000, perkiraan : 226.000, sebelumnya : 218.000) memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi dari The Fed pada akhir pertemuan kebijakan moneter minggu depan tanggal 21 September 2022.
Bursa ekuitas Eropa berakhir lebih rendah pada hari Kamis, dengan saham energi dan teknologi jatuh paling dalam, karena kekhawatiran tentang kebijakan moneter yang lebih ketat. Saham teknologi merosot 1,8% dan merupakan hambatan terbesar di indeks EuroStoxx 600. Sektor ini biasanya berkinerja buruk di lingkungan suku bunga yang tinggi di tengah kekhawatiran atas tekanan pada laba di masa mendatang.
Pasar saham Asia ditutup beragam pada hari Kamis (15/9) sore, sehari setelah penurunan terbesar mereka dalam tiga bulan karena investor mempertimbangkan risiko Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin minggu depan, untuk mengatasi lonjakan inflasi. Dari China, Bank Sentral mempertahankan fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun tidak berubah pada 2,75%, seperti diperkirakan sejak awal. Sedangkan Jepang melaporkan rekor defisit neraca perdagangan pada bulan Agustus. Ekspor tumbuh 22,1% dan impor naik 49,9% bulan ini dibandingkan dengan tahun lalu. Defisit perdagangan mencapai 2,82 triliun Yen ($19,6 miliar), merupakan rekor terbesar selama ini.
Indonesia
Gerak IHSG seiring dengan laju harga saham 4 Bank besar yang juga menguat pada perdagangan kemarin. BBNI naik 3,09% menjadi 9.175, diikuti BBCA yang naik 2,94% ke 8.750 sekaligus jadi yang tertinggi sepanjang masa. Lalu BBRI dan BMRI masing-masing naik 0,66% dan 0,54%. Kinerja keuangan emiten Bank yang solid dan ekonomi Indonesia yang masih solid jadi pendorong utama IHSG catak rekor di tengah kepungan ancaman resesi dunia karena inflasi yang panas dan kenaikan suku bunga. Nilai tukar Rupiah menguat tipis melawan Dollar Amerika Serikat, menguat 0,2% ke Rp 14.875/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.895/US$, menguat 0,07%. Rilis data neraca perdagangan bulan Agustus (year on year) yang mencatat surplus $5,76, naik dibandingkan bulan sebelumnya, memberikan sentimen positif ke Rupiah.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.