Monday, 3 Oktober 2022
“Stocks are a safe bet, but only if you stay invested long enough to ride out the corrections.” -Peter Lynch (U.S. investor, chairman of mutual fund manager & philanthropist)-
Indikator
Global Market
Pasar saham Wall Street di Amerika Serikat kembali menunjukkan performa buruk. Indeks S&P 500 menutup perdagangan kuartal ketiga tahun ini dengan penurunan tertajam dalam dua dekade terakhir pada perdagangan akhir pekan lalu. Wall Street tertekan lonjakan inflasi serta kenaikan suku bunga dan kekhawatiran akan resesi. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 500,1 poin atau 1,71%, menjadi 28.725. Lalu Indeks S&P 500 melemah 54,85 poin atau 1,51%, menjadi 3.585 dan indeks Nasdaq Composite turun 161,89 poin atau 1,51%, menjadi
10.575. Di antara 11 sektor utama S&P 500, real estate adalah satu- satunya yang bergerak naik. Market saham Eropa ditutup menguat di perdagangan akhir pekan lalu. Indeks Pan Eropa, Stoxx 600 naik 1,3% dimotori oleh sektor konstruksi yang naik 2,4% serta sektor media yang naik 2,3%. Sementara itu sektor barang-barang rumah tangga dan utilitas melandai. Indeks DAX Jerman naik 1,16% ke 12.114. Indeks FTSE Inggris naik 0,18% ke 6.893 dan Indeks CAC Perancis menguat 1,51% ke level 5.762. Namun, di hari perdagangan terakhir bulan September terlihat indeks blue-chip turun 7,8% selama sebulan, merupakan kinerja terburuk sejak bulan Juni dan turun 6% selama kuartal ketiga.
Bursa saham Asia pada hari Jumat lalu menuju kinerja bulan terburuk sejak awal COVID-19, dikarenakan kekhawatiran tentang resesi global. Indeks Nikkei 225 Jepang terkoreksi 1,83% menjadi 25.937, lalu indeks S&P/ASX 200 Australia melemah 1,23% menjadi 6.474. Sementara indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,27% pada jam terakhir perdagangan, lalu indeks Shanghai Composite China turun 0,55% menjadi 3.024 dan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,71% menjadi 2.155. Dari data ekonomi, Indeks Manajer Pembelian manufaktur resmi China secara mengejutkan tumbuh pada bulan September menjadi 50,1, jauh lebih tinggi dari 49,6 yang diprediksi oleh analis, sedangkan Indeks Manajer Pembelian non-manufaktur resmi berada di 50,6 pada bulan September, turun dari 52,6 pada bulan Agustus.
Indonesia
IHSG mencatatkan kinerja yang kurang bagus sepanjang pekan lalu, melemah 1,92% secara mingguan. IHSG melemah dari level psikologis 7.100 akhir pekan lalu ke 7.040,80. Bersamaan dengan koreksi tersebut, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp. 3,08 triliun di pasar reguler. Di awal pekan ini, sentimen datang dari dalam negeri. Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi September 2022. Dengan adanya kenaikan harga BBM Subsidi yaitu Pertalite dan Solar, maka inflasi diperkirakan naik 1,26% secara month to month dan 6% secara year on year oleh konsensus ekonom.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.