Monday, 17 Oktober 2022
“A pessimist sees the difficulty in every opportunity, an optimist sees the opportunity in every difficulty.”-Winston Churchill (former U.K. Prime Minister)-
Indikator
Global Market
Bursa Wall Street tertekan pada ujung perdagangan akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 403,89 poin atau 1,34% ke level 29.634,83. Indeks S&P 500 turun 2,37% menjadi 3.583,07 dan mencatat penutupan negatif ketujuh dalam delapan hari. Sedangkan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 3,08% ke level 10.321,39. Baik indeks S&P 500 dan Nasdaq mengakhiri minggu lalu dengan penurunan masing-masing 1,55% dan 3,11%, sedangkan indeks Dow Jones menguat 1,15% pada pekan lalu. Wall Street tertekan setelah survei konsumen dari University of Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi meningkat.
Bursa saham Eropa ditutup di zona hijau pada perdagangan akhir pekan lalu, Indeks Pan Eropa, STOXX 600 ditutup naik 0,6% setelah Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengumumkan penghapusan bagian dari program fiskal pemerintah. Indeks DAX Jerman naik 0,67% ke 12.437,81. Indeks FTSE Inggris naik 0,12% ke 6.858,79 dan indeks CAC Perancis menguat 0,90% ke 5.931,92. Liz Truss memecat Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng, serta mengatakan Inggris akan mempertahankan rencana untuk meningkatkan pajak perusahaan, di mana sebelumnya Kwarteng mengumumkan pemotongan pajak, yang memicu pelemahan di pasar obligasi bulan lalu, telah digantikan oleh mantan Menteri Luar Negeri dan Kesehatan Jeremy Hunt.
Pasar saham Asia-Pasifik ditutup naik pada perdagangan hari Jumat lalu, seiring munculnya harapan stimulus China yang lebih besar. Indeks saham blue chip China CSI300 naik 2%, menandai kenaikan terbesar sejak bulan Agustus, setelah Gubernur Bank Sentral China menjanjikan dukungan yang lebih kuat untuk ekonomi riil karena penguncian Covid- 19 menyebar menjelang Kongres Partai Komunis. Nikkei 225 Jepang naik 3,25% ke 27.090,76. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,21% ke 16.587,69. Indeks Shanghai Composite naik 1,84% ke 3.071,99. Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 1,75% ke 6.758,80, serta indeks Kospi Korea Selatan naik 2,3% ke 2.212,55.
Indonesia
Pada akhir perdagangan pekan lalu, IHSG jatuh nyaris 1% tepatnya 0,96% ke 6.814,53. Namun, pasar modal Indonesia masih menjanjikan, investor global masih memandang positif perekonomian Indonesia yang terus berpotensi tumbuh. Menjelang memasuki tahun baru (akhir tahun), kemungkinan besar Indonesia pertumbuhan GDP masih positif, yakni di sekitar 5,20%, ini lebih bagus dibandingkan negara lain. Untuk tahun 2023 diperkirakan GDP Indonesia tumbuh di level 5-5,1%. Meski disinyalir ada penurunan dibandingkan tahun ini, angka ini masih sangat baik dibandingkan dengan negara lain. Ketika investor global melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif, maka minat investasi
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.