Monday, 12 Desember 2022
“Great investors need to have the right combination of intuition, business sense and investment talent.”
-Andrew Lo (professor of finance at the MIT School of Management)-
Indikator
Global Market
Bursa saham Wall Street melemah pada ujung perdagangan di akhir pekan lalu. Investor mencermati data perekonomian Amerika Serikat (AS) khususnya data inflasi yang akan dirilis dalam minggu ini, serta menunggu potensi kenaikan suku bunga The Fed 50 basis poin (bps) pada pertemuan minggu ini. Indeks Harga Produsen (IHP) AS naik sedikit lebih dari yang diperkirakan pada bulan November 2022, namun lebih rendah dari bulan sebelumnya, di tengah lonjakan biaya layanan, tetapi menunjukkan trend yang moderat. Data IHP menunjukkan bahwa inflasi dari sisi produsen turun dari bulan sebelumnya, tetapi tetap bertahan dari yang diperkirakan kebanyakan orang.
Bursa saham Eropa naik pada perdagangan akhir pekan lalu, seiring optimisme pada perekonomian China. Indeks STOXX 600 ditutup 0,8% lebih tinggi, menghentikan penurunan beruntun selama lima hari, yang sebagian besar didorong oleh kekhawatiran tentang resesi global yang akan datang karena kenaikan tajam suku bunga oleh bank sentral. Minggu ini akan menjadi sangat penting, dengan keputusan suku bunga dari The Fed, Bank of England dan Bank Sentral Eropa (ECB) dapat menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin minggu depan.
Bursa saham Asia bergerak ke zona positif pada hari Jumat (9/12), seiring harapan bahwa ekonomi China akan meningkat karena covid-19 mereda. Meskipun demikian, pelaku pasar tetap mencermati pertemuan The Fed minggu ini. Perdana Menteri China Li Keqiang, dalam komentar yang dirilis oleh media pemerintah, mengatakan bahwa pergeseran kebijakan Covid-19 akan memungkinkan ekonomi untuk meningkat. Indeks Harga Produsen China turun 1,3% pada bulan November dibandingkan dengan tahun lalu, memperpanjang penurunannya setelah turun 1,3% pada bulan Oktober, dan sedikit mengalahkan perkiraan kontraksi 1,4%. Indeks Harga Konsumen di China periode November naik 1,6% secara tahunan, sesuai ekspektasi, turun dibanding bulan Oktober sebesar 2,1%.
Indonesia
Kinerja IHSG pada pekan lalu kurang bagus. Selama sepekan, indeks tak sekalipun ditutup di zona positif. Sepekan terakhir, IHSG terkoreksi mencapai 4,34% secara point-to-point. Bahkan sebulan terakhir, indeks turun 5,28% dan terkoreksi hingga 7,28% selama 3 bulan terakhir. Berbagai sentimen dalam negeri maupun eksternal cukup membebani pasar saham. Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp. 60,3 triliun. Sayangnya, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) begitu besar mencapai Rp 7,37 triliun di pasar reguler pada pekan lalu. Saham emiten energi turut membebani pasar pada perdagangan terakhir hari Jumat laludengan koreksi 3,81%, sektor utilities terkoreksi 2,29%, sektor industri 2,01%, dan teknologi mengalami koreksi 1,9%. IHSG juga terkoreksi karena meningkatnya ancaman resesi global akibat dari kebijakan moneter ketat serta inflasi yang mengancam permintaan konsumen. Semua perhatian saat ini masih tertuju pada kebijakan moneter The Fed dalam minggu ini.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Group – Wealth Management Division