Friday, 06 Desember 2024
“In investing, what is comfortable is rarely profitable.” – Robert Arnott.
Indikator Ekonomi
Global Market
Bursa ekuitas Wall Street berakhir di zona merah pada hari Kamis dengan Dow Jones melemah -0.55%, S&P 500 melemah -0.19%, Nasdaq melemah -0.17%, sedangkan harga UST bergerak beragam dengan yield tenor 5 year naik +0.78 poin di level 4.076% dan yield tenor 10 year turun -0.38 poin di level 4.177%.
Rilis data ketenagakerjaan AS nanti malam diperkirakan akan menunjukkan bahwa jumlah pekerja di luar sektor pertanian bulan November meningkat sebesar 220.000 (sebelumnya 12.000). Laporan ketenagakerjaan ini dapat menjadi masukan bagi keputusan suku bunga Federal Reserve pada pertemuan kebijakan akhir bulan ini. Pada hari Rabu, ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa perekonomian AS cukup kuat bagi Bank Sentral untuk bergerak hati-hati dalam menurunkan suku bunga. Pasar memperkirakan sekitar 70% kemungkinan penurunan suku bunga seperempat poin bulan ini.
OPEC+ menunda kenaikan produksi untuk ketiga kalinya karena pasar minyak menghadapi surplus pasokan yang mengancam dapat membebani harga. Kelompok tersebut akan memulai pada bulan April, bukan Januari, dan mengakhiri pemangkasan dengan kecepatan yang lebih lambat. Sementara itu, harga minyak WTI turun tipis.
Indonesia
JCI pada perdagangan Kamis (05/12) melemah -13,451 poin (-0,18%) di level 7,313. Sektor yang paling melemah kemarin adalah financials, technology, dan consumer non-cyclicals. Kemudian secara year to date JCI menguat +0,56%, dan secara week to date menguat +1,57%. Pada pasar saham Indonesia, per tanggal 05 Desember 2024 asing mencatatkan net capital outflow sebesar IDR 0,30 Tn. Kemudian selama Desember net capital inflow sebesar IDR 1,24 Tn.
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman berharap Pemerintah menunda kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 menjadi 12% yang direncanakan berlaku mulai Januari 2025 dengan alasan kondisi ekonomi yang kurang baik. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 turun menjadi 4,94% secara year on year (YOY). Angka ini turun dari posisi kuartal II-2024 yang sebesar 5,05%.
Hari ini BI akan merilis cadangan devisa Indonesia November yang sebelumnya meningkat pada Oktober di USD 151,2 Miliar. Nilai ini menjadi menjadi posisi cadangan devisa yang tertinggi sepanjang sejarah. Bank Sentral menilai, posisi cadangan devisa ini dapat mendukung ketahanan eksternal dan stabilitas ekonomi RI. Pasalnya, posisi cadangan devisa ini setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor, 6,4 bulan impor, dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Hal ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Sumber data : Bloomberg.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber -sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokum en ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.
Divisi Wealth Management.
Manara BNI Lantai 21.
Jl. Perjompongan Raya No.7 Jakarta 10210.
www.bni.co.id/emerald.