Monday, 29 March 2021
"Learning never exhausts the mind."
–Leonardo da Vinci–
Indikator
Global Market
Reuters melaporkan bahwa minggu ini, investor di Wall Street sedang mempersiapkan diri terhadap potensi koreksi pasar saham akibat proyeksi peningkatan inflasi dan kondisi valuasi saham yang sudah cukup mahal. Atas kondisi ini, beberapa analis akan menerapkan posisi yang defensif, dan berpotensi beralih pada obligasi dimana yield juga masih cukup tinggi.
Geopolitik di Asia Pasifik Kembali memanas, setelah Filipina mengirimkan pesawat tempur ke wilayah Laut China Selatan. Dilaporkan CNBC, hal ini terjadi sebagai respon dari masuknya ratusan kapal penangkap ikan dari China.
Indonesia
Beberapa peristiwa kurang baik terjadi di domestik menjelang awal minggu ini. Sentimen pertama datang dari peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada hari Minggu kemarin. Hal ini berpotensi memunculkan kekhawatiran terhadap keamanan Indonesia khususnya dari mata investor asing. Selanjutnya ada berita meledaknya kilang Balongan Pertamina di Indramayu, Jawa Barat. Dalam hal ini, manajemen Pertamina menegaskan bahwa pasokan BBM masih akan aman dengan menerapkan regulatory alternative emergency.
Bank BCA dan BNI akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini. BCA mencatatkan laba bersih tahun 2020 sebesar Rp 27,13 triliun. Sedangkan BNI mencatatkan laba bersih tahung 2020 sebesar Rp 3,28 triliun. RUPST ini akan membahas salah satunya mengenai pembagian dividen di tahun 2021. Sebelumnya Bank Mandiri telah mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 10,27 triliun atau 60% dari laba bersih 2020.
Minggu lalu, Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan pendirian holding perusahaan pabrik baterai listrik Indonesia bernama Indonesia Battery Corporation (IBC). Holding ini dibentuk dari perusahaan tambang dan energi yaitu Holding Pertambangan MIND ID (Inalum), PT Antam, PT Pertamina dan PT PLN dengan komposisi saham sama 25%.
Analisis
Persitiwa kurang baik dalam negeri dapat meningkatkan kekhawatiran investor asing terhadap Indonesia, sehingga berpotensi menahan laju dana asing masuk ke Indonesia atau bahkan meningkatkan aksi jual dari pasar keuangan Indonesia. Meskipun hal tersebut dapat terbatas dari aksi investor domestik yang melihat potensi dari sektor komoditas terkait baterai dan akan adanya pembagian saham dari perbankan besar.
Investor diharapkan tetap melakukan diversifikasi aset ke berbagai kelas untuk meminimalisir risiko pasar. Sebagai salah satu akses untuk mendapatkan obligasi negara seri benchmark, Investor dapat mengikuti lelang SUN melalui BNI tanggal 30 Maret 2021 besok untuk seri FR86 (Kupon 5,5% Tenor 5 tahun), FR87 (6,5% 10 tahun) FR88 (6,25% 15 tahun) FR83 (7,5% 20 tahun), dan FR89 (6,875% 30 tahun).
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (Closing Market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani.