Friday, 23 April 2021
"Intelligence without ambition is a bird without wings."
–Salvador Dali–
Indikator
Global Market
Wall Street tercatat melemah pada perdagangan kemarin, menyusul kabar bahwa Presiden Joe Biden berencana untuk menaikan pajak capital gain hamper dua kali lipat. Dilaporkan Bisnis.com, kenaikan pajak ini direncanakan kepada investor dengan transaksi di atas US$ 1 Juta, dengan total pajak sekitar 40%. Berita ini menjadi pemicu investor melakukan profit taking guna menghindari pajak tersebut.
Angka Initial Jobless Claim Amerika Serikat terus membaik. Dirilis kemarin untuk posisi 17 April, indikator tercatat 547.000 turun dari
586.000 minggu sebelumnya. Angka tersebut lebih baik dari konsensus Bloomberg sebesar 610.000. Selain itu, nanti malam IHS Markit akan merilis data PMI Manufacturing yang diprediksi akan naik menjadi 61,0 dari 59,1, dan PMI Services yang diprediksi naik menjadi 61,5 dari 60,4.
Indonesia
Dua lembaga pemeringkat mempertahankan peringkat Sovereing Credit Rating kepada Republik Indonesia. Standard and Poor’s (S&P) mempertahankan peringkat BBB/outlook negatif pada 22 April 2021. Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mempertahankan peringkat BBB+/outlook stabil (Investment Grade). Hal tersebut diberikan pada RI dengan didukung perkiraan ekonomi Indonesia yang akan tumbuh, rekam jejak kebijakan yang berhati-hati, serta reformasi struktural yang diprediksi akan menopang ekonomi. Secara khusus S&P memperingatkan terkait masih adanya risiko fiskal dan risiko eksternal terkait pandemic Covid19 yang perlu menjadi perhatian.
Satgas Penanganan Covid19 memperluas aturan pengetatan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN). Setelah sebelumnya diatur mengenai larangan mudik pada tanggal 6-17 Mei 2021, kini terdapat pengetatan mobilitas pada periode Pra dan Pasca pelarangan. Periode Pra berlangsung H-14 dari pelarangan (22 Apr-5 Mei 2021) dan periode Pasca berlangsung H+7 dari pelarangan (18-24 Mei 2021).
Analisis
Pengetatan mobilitas pra dan pasca Lebaran sedikit meningkatkan pesimisme investor terhadap perbaikan ekonomi yang signifikan pada Q2 2021. Namun jika berkaca dari lonjakan kasus Covid19 di India, hal pengetatan tersebut justru penting untuk memitigasi krisis yang lebih besar dari dampak penularan Covid19.
Dengan masih adanya risiko yang dapat terjadi sebagaimana yang disorot S&P, Investor diharapkan tidak melupakan porsi likuiditas dari portfolio asetnya. Meski memiliki bunga yang masih rendah, namun Deposito dan produk turunannya Reksadana Pasar Uang dapat dimanfaatkan dalam porsi sesuai kebutuhan untuk likuiditas.
Selain itu, porsi pendapatan imbal hasil yang lebih tinggi dapat diisi oleh Obligasi Negara tenor pendek-menengah yang dapat didapatkan pada lelang SUN Selasa 27 April 2021 untuk seri FR86, FR87, FR88, FR83, FR89.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (Closing Market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani.