Tuesday, 27 April 2021
"One of the huge mistakes people make is that they try to force an interest on themselves. You don’t choose your passions, your passions choose you."
–Jeff Bezos–
Indikator
Global Market
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street bervariasi pada perdagangan Senin, indeks S&P 500 dan Nasdaq mampu mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, sementara Dow Jones turun tipis. Pergerakan Wall Street tersebut bisa menjadi sentimen positif bagi pasar saham Asia, termasuk IHSG pada hari ini. Investor mengantisipasi rapat Bank Sentral AS pekan ini, dimulainya program Presiden AS Joe Biden "American Families Plan" rilis data inflasi dan beberapa rilis kinerja emiten unggulan di AS yang jumlahnya mencapai 30% dari konstituen indeks S&P 500.
Sementara itu, pasar saham Asia dibuka beragam, cenderung melemah pada perdagangan Selasa, jelang rilis data suku bunga acuan Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) pada pukul 10:00 WIB. BoJ akan mengumumkan keputusan suku bunganya hari ini, di tengah masih terjadinya keadaan darurat virus corona (Covid-19) di sejumlah wilayah di Jepang, termasuk Tokyo dan Osaka, baru-baru ini ditempatkan di bawah keadaan darurat baru untuk meminimalisir penyebaran infeksi virus corona. Pelaku pasar Asia akan terus memantau situasi Covid di India, karena negara itu terus berjuang melawan gelombang kedua Covid-19 yang mendorong sistem perawatan kesehatannya 'ke jurang'.
Indonesia
Emiten-emiten dengan nilai kapitalisasi pasar besar (big cap) semakin getol untuk melakukan ekspansi bisnis ke dunia digital. Perluasan sayap bisnis dilakukan secara anorganik dengan menyuntik Perusahaan Rintisan (start up) di bidang teknologi digital. Hal ini didukung oleh data bahwa ekonomi digital Indonesia sukses tumbuh dengan pesat meninggalkan kawan-kawannya di kawasan Asia Tenggara. Mengutip laporan e-Conomy SEA 2019 hasil studi Google, Temasek dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia tumbuh 49% per tahun sejak 2015-2019. Indonesia jadi jawara di kawasan Asia Tenggara mengalahkan Malaysia, Filiphina, Singapura, Thailand dan Vietnam yang tumbuh kurang dari 40% dalam lima tahun terakhir.
Analisis
Investor global masih mencoba untuk mengantipasi ketidakpastian yang muncul akibat adanya tsunami Covid-19 di India. Sebagai pemilik perekonomian terbesar keenam di dunia dan ketiga terbesar di Asia, peran India dalam perekonomian global pasti cukup diperhitungkan.
Dengan masih adanya potensi ketidakpastian tersebut, Investor diharapkan tidak melupakan porsi likuiditas dari portfolio asetnya. Asset dengan likuiditas yang cukup baik seperti Reksa Dana Pasar Uang dapat menjadi salah satu bagian dari portfolio nasabah.
Selain itu, porsi pendapatan imbal hasil yang lebih tinggi dapat diisi oleh Obligasi Negara tenor pendek-menengah. Seri obligasi yang kami rekomendasikan adalah seri benchmark yang secara likuiditas lebih baik dibanding seri lainnya, yaitu FR86, FR87, FR88, FR83, FR89.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (Closing Market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani.