Monday, 17 May 2021
"I fell that luck is preparation meeting opportunity."
–Oprah Winfrey–
Indikator
Global Market
Kabar dari Wall Street tiga indeks saham acuannya kompak minus. Terjatuhnya harga saham dunia ini dipicu Indeks oleh kekhawatiran investor bahwa inflasi yang tinggi akan segera datang. Tanda-tandanya sudah tampak. Vaksinasi yang masif di banyak negara terutama Amerika Serikat (AS) membuat mobilitas mulai terpantau pulih. Meskipun recovery-nya gradual, tetapi konsumen sudah mulai mau berbelanja. Ketika masyarakat mulai membeli barang jasa maka permintaan naik dan uang yang tadinya 'nganggur' kini mulai berpindah tangan. Korporasi mulai berusaha meningkatkan produksi dan berekspansi. Likuiditas yang berlebih akan terserap. Kenaikan harga komoditas yang menjadi input bagi aktivitas ekonomi seperti minyak mentah, batu bara, harga pangan hingga kayu selanjutnya akan diteruskan ke konsumen. Peningkatan inflasi menjadi fokus para investor.
Sentimen dari Elon Musk terus menurunkan harga Bitcoin, penurunan secara singkat mengirimkannya ke level terendah sejak Februari. Hal tersebut terjadi setelah dalam Twitter hari Minggu bahwa Tesla Inc. dapat menjual atau telah menjual kepemilikan cryptocurrency-nya.
Indonesia
IHSG, SBN dan rupiah boleh saja menguat minggu lalu. Namun jika berkaca pada pasar Asia dan Wall Street yang merah serta periode libur panjang lebaran dikhawatirkan akan membuat aset keuangan dalam negeri jet lag. Peluang koreksi bagi ketiga aset tersebut terbuka lebar. Jika semakin banyak yang menganut paham inflasi bakal naik tinggi ke depan dan The Fed siap ambil ancang-ancang untuk hawkish maka dana asing yang singgah di pasar-pasar emerging market seperti Indonesia bisa ditarik masif.
Penjualan ritel Indonesia terus menunjukkan tanda pemulihan, meski masih terjadi kontraksi (pertumbuhan negatif) pada Maret 2021. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret 2021 sebesar 187,9 atau naik 6.1% dibandingkan bulan sebelumnya. Kali terakhir penjualan ritel mampu tumbuh positif secara tahunan adalah pada November 2019. Artinya, kontraksi sudah terjadi selama 16 bulan beruntun.
Analisis
Pasar keuangan Indonesia akan dibuka kembali setelah libur Lebaran minggu lalu. Mengikuti dinamika yang terjadi di pasar keuangan US dan regional, potensi adanya koreksi di pasar keuangan Indonesia cukup tinggi. Beberapa data perekonomian telah menunjukkan adanya perbaikan, hal tersebut menjadi katalis positif asset keuangan Indonesia.
Di tengah kondisi transisi seperti saat ini, portfolio asset merupakan sesuatu yang penting. Hal tersebut dapat membagi resiko dari asset yang akan dibentuk. Instrumen Fixed Income seperti SBN dapat menjadi salah satu pilihan asset. Instrumen beresiko tinggi seperti RD Saham
dapat menjadi salah satu booster untuk menaikkan imbal hasil portfolio.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Indra H. Panjaitan, Tristian Kurniawan.