Wednesday, 7 July 2021
"10% of the borrowers in the world use debt to get richer, 90% use debt to get poorer."
–Robert T. Kiyosaki–
Indikator
Global Market
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga kemungkinan akan memberikan paket stimulus ekonomi lagi senilai setidaknya US$ 180 miliar dalam beberapa bulan mendatang, menurut survei Bloomberg terhadap 18 ekonom. 17 dari 18 ekonom tersebut memperkirakan pengumuman sebelum pemilihan nasional yang harus diadakan pada awal musim gugur. Sementara itu, Jepang dan AS harus bersama-sama membela Taiwan jika terjadi masalah besar, kata Wakil Perdana Menteri Taro Aso.
Harga minyak berada dalam level tertinggi dalam tiga tahun terakhir pada Selasa. Kenaikan ini setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC gagal mencapai kesepakatan dengan Uni Emirat Arab pekan lalu. Ini mendorong harga minyak Brent naik hingga level tertinggi sejak Oktober 2018. Sementara minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik ke level tertinggi sejak akhir 2014. Harga minyak sendiri naik sekitar 50% tahun ini dan lebih dari 385% sejak kemerosotan akibat pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu.
Indonesia
Sampai dengan April ini, pertumbuhan kredit perbankan nasional masih melambat di April sebesar -0,26% mtm (month to month) dan -2,28% yoy (year on year). Sedangkan, pada Mei kondisinya mulai menunjukkan perbaikan menjadi 0,59% mtm dan -1,28% yoy. Kontraksi kredit tersebut terjadi pada saat suku bunga kredit perbankan telah menunjukkan tren penurunan. Pada kondisi normal, tingkat suku bunga berpengaruh cukup signifikan mendorong permintaan kredit. Namun, pada kondisi pandemi, permintaan kredit menjadi inelastis dan perubahan suku bunga kredit tidak berpengaruh besar terhadap permintaan kredit. Di sisi lain, perlambatan kredit masih sulit terutama pada kelompok debitur skala besar atau korporasi terutama di sektor terdampak langsung pandemi Covid-19, yaitu transportasi, hotel, restoran, cafe dan di sektor hilir yang menjadi dampak ikutan lainnya.
Dirjen Pembiayaan dan Pengelolaan Resiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan hampir semua negara tidak memiliki kesiapan optimal. Banyak negara mengambil kebijakan fiskal pelebaran deficit yang berdampak pada peningkatan kebutuhan pembiayaan. Akibatnya, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berbagai negara meningkat. Peningkatan rasio tersebut tidak serta-merta mengisyaratkan negara negara tersebut di ambang krisis utang. Pemerintah Indonesia menjaga rasio utang terhadap PDB tidak melebihi 60% sesuai dengan UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Utang pemerintah yang mencapai Rp 6.418 triliun berada dalam batas aman, konservatif, dan dikelola dengan pruden. Utang tersebut tidak akan mendorong ke arah kebangkrutan dan pemerintah sudah menyiapkan dana untuk cicilan. Karena itu, pemerintah tidak berniat sedikit pun menempuh reschedulling utang dengan kreditur.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta.
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani.