Friday, 16 July 2021
"Yesterday’s home runs don’t win today’s games."
–Babe Ruth–
Indikator
![Indikator](/Portals/4/BNI-Emerald/berita/2021/07/images/Index-20210716-01.jpg)
Global Market
China merilis data pertumbuhan ekonomi Kuartal II 2021 yang ditunjukan oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7,9% yoy, tidak berbeda jauh dari ekspektasi pasar dalam konsensus Bloomberg sebesar 8,0% yoy. Meski lebih rendah dari pertumbuhan PDB Kuartal I sebesar 18,3% yoy, namun hal tersebut lebih disebabkan karena baseline Kuartal I 2020 lebih rendah yang berada pada minus 6,8% yoy, sedangkan baseline Kuartal II 2020 berada pada positif 3,2% yoy.
Selain data pertumbuhan ekonomi yang baik, sentimen positif pelaku pasar juga didorong oleh data Penjualan Ritel China yang tumbuh baik, tercatat sebesar 12,1% yoy, lebih tinggi dari prediksi 10,8% yoy. Data ini menunjukan kebangkitan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat yang meningkat, sehingga ketergantungan terhadap topangan fiskal pemerintah dapat berkurang.
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen dalam wawancara CNBC memprediksi bawah inflasi tinggi di AS masih akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan, sebelum kembali normal mengikuti kondisi ekonomi sedia kala. Namun pihaknya tetap akan berhati-hati khususnya terhadap kenaikan harga property rumah yang telah naik 15% menurut perhitungan S&P CoreLogic Case-Shiller. Sebelumnya rilis inflasi AS Juni 2021 dilaporkan sebesar 5,4% yoy, naik dari 5% yoy di bulan sebelumnya.
Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data ekspor Indonesia per bulan Juni 2021 sebesar US$ 18,55 miliar. Nilai ini secara tahunan tumbuh 54,46% yoy, dan secara bulanan tumbuh 9,52% mom. Sedangkan impor Indonesia per bulan Juni 2021 tercatat sebesar US$ 17,23 miliar. Nilai ini secara tahunan tumbuh 60,12% yoy, dan secara bulanan tumbuh 21,03% mom. Pertumbuhan bulanan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor, menyebabkan Neraca Dagang Indonesia turun menjadi surplus US$ 1,32 miliar dibandingkan bulan sebelumnya sebesar surplus US$ 2,7 miliar.
Berdasarkan pangsa pasar nonmigas, tujuan ekspor utama Indonesia adalah China (23,88%), Amerika Serikat (12,34%) dan Jepang (7,87%). Untuk impor, negara asal utama adalah China (31,73%), Jepang (8,58%), dan Thailand (5,78%). China sebagai rekan utama dagang Indonesia yang baru saja merilis pertumbuhan ekonomi yang baik, menjadi salah satu alasan investor global masuk ke pasar investasi Indonesia, dan memberikan penguatan pada pasar saham dan obligasi pada perdagangan kemarin.
Pelaku pasar global melakukan aksi beli bersih kepada emiten besar Indonesia, antara lain Bank BRI (BBRI), Astra (ASII), Telkom (TLKM), Bank BCA (BBCA) dan Bank BNI (BBNI). Emiten-emiten tersebut termasuk dalam industri yang terdampak pertama kali apabila ekonomi Indonesia bangkit. Adapun nilai beli bersih investor asing pada perdagangan kemarin tercatat sebesar Rp 441,1 miliar.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (Closing Market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani.