Wednesday, 28 July 2021
"Never depend on single income. Make investment to create a second source."
–Warren Buffet–
Indikator
Global Market
Bursa saham Amerika Serikat turun dari rekor tertinggi menjelang rilis kinerja perusahaan teknologi. Federal Reserve (The Fed) memulai pertemuan dua hari dimana Ketua Fed Jerome Powel dijadwalkan untuk membahas outlook ekonomi pada konferensi pers di hari Rabu setempat. Pasar akan mencermati pandangan Fed tentang rencana pengurangan stimulus. Imbal hasil UST 10 tahun turun ke level 1.24%. Conf Board Consumer Confidence (Jul) naik ke level 129.1.
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam laporan World Economic Update teranyar, lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi keseluruhan negara berkembang bisa turun 0,4% poin menjadi 6,3% dari prediksi sebelumnya pada April 2021 yang sebesar 6,7%. Sementara untuk Indonesia, IMF mengelompokkan Indonesia ke dalam grup ASEAN-5 bersama dengan Malaysia, Filipina, dan Thailand. Untuk grup ini, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 akan sebesar 4,3% atau turun 0,6% poin dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,9%.
Indonesia
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan memberikan insentif baru kepada sektor pariwisata, transportasi, serta hotel, restoran dan kafe (Horeka) di periode semester II-2021. Airlangga bilang insentif tersebut kini tengah digodok oleh pemerintah. Tujuannya untuk membantu keuangan ketiga usaha tersebut, sebab merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi virus corona.
Tren kenaikan harga minyak mentah dan batubara terus berlangsung. Kenaikan harga dua komoditas ini bisa menjadi keuntungan bagi penerimaan negara atau windfall profit. Pada perdagangan Selasa (27/7), harga minyak Brent kontrak September 2021 ada di level US$ 74,71 per barel, naik 0,33% dari penutupan perdagangan Senin. Angka ini jauh di atas asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) 2021 yakni US$ 45 per barel. Sementara itu, mengacu pada analisis sensitivitas Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, setiap kenaikan ICP US$ 1 per barel pendapatan negara akan naik Rp 3,7 triliun-Rp 4,5 triliun. Sementara, belanja negara meningkat Rp 3,1 triliun hingga Rp 3,6 triliun. Namun, APBN tetap mendapat surplus Rp 0,6 triliun hingga Rp 0,8 triliun dari kenaikan ICP tersebut.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (closing market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani.