Tuesday, 21 September 2021
"I think a simple rule of business is, if you do things that are easier first, then you can actually make a lot of progress."
–Mark Zuckerberg–
Indikator
Global Market
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, meminta Kongres AS untuk menaikkan batas utang. Ini dilakukan bukan tanpa soal. Dalam hitungan hari, pemerintahan AS akan mengalami shutdown atau penutupan sementara akibat kehabisan anggaran. Jika melihat data dari US Debt Clock, yang melihat posisi real time utang AS saat ini mencapai US$ 28,781 triliun atau Rp 40.129 triliun. Jika dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB), utang tersebut sebesar 125% dari PDB. Batas utang AS saat ini sebenarnya sebesar US$ 28,4 triliun. Yellen mengatakan negeri itu akan mengalami gagal bayar (default) yang tidak pernah terjadi sebelumnya jika batas tersebut tidak dinaikkan.
Dari pasar Asia, potensi gagal bayar atau default Evergrande Group telah mempengaruhi investor di sektor properti pada perdagangan Senin. Pemerintahan Presiden Xi Jinping didesak mencegah terjadinya penularan dari ketidakstabilan perekonomian terbesar kedua di dunia. Dilansir Bloomberg, raksasa real estat Hong Kong, Henderson Land Development Co., mencatatkan sell-off terbesar dalam setahun terakhir setelah ada spekulasi perpanjangan pembatasan sektor properti China terhadap institusi keuangan.
Indonesia
Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di 3,50% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini. Berbagai faktor menjadi alasan BI diramal akan mempertahankan suku bunga acuan, mulai dari faktor domestik maupun eksternal. Di kondisi eksternal, dalam satu hingga dua bulan terakhir, Federal Reserve (The Fed) sudah memberi sinyal bahwa akan mulai melakukan pengurangan stimulus (tapering off) ada akhir tahun ini. Menurutnya, reaksi pelaku pasar keuangan pun cenderung tidak berlebihan karena kebijakan tapering belum tentu akan dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga Fed seperti yang terjadi pada tahun 2013 lalu ketika taper tantrum.
Pemerintah kembali melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Ini artinya, sejak Agustus hingga minggu ketiga September, aktivitas secara bertahap melonggar. Setelah membuka mal atau pusat belanja bulan lalu, pemerintah kembali melonggarkan kebijakan dengan mengizinkan anak berusia di bawah 12 tahun bisa masuk mal atau pusat perbelanjaan. Selain itu, sektor usaha non-esensial diizinkan untuk Work From Office (WFO) sebesar 25%, terutama pekerja yang sudah divaksin. Sejak pekan lalu pemerintah juga membolehkan bioskop, tempat wisata kembali dibuka. Waktu makan di resto ditambah maksimal jadi 60 menit. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, pelonggaran yang diberikan pemerintah sejauh ini akan meningkatkan kunjungan masyarakat ke mal, dan punya efek gulir bagi pemulihan ekonomi.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (data Closing Market 20 September 2021).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana.