Tuesday, 19 October 2021
"Life is too short to spend your time avoiding failure."
–Michael Blooomberg–
Indikator
Global Market
Seiring dengan penurunan kasus covid-19 global, Ekonomi China tumbuh dengan laju paling lambat dalam setahun pada kuartal III, sebagai akibat dari kekurangan listrik, kemacetan pasokan dan wabah Covid-19 sporadis. Mengutip Reuters, data yang dirilis pada Senin menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 4,9% pada Juli-September, dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menjadikannya sebagai pertumbuhan ekonomi dengan laju terlemah sejak kuartal III-2020 dan melambat dari 7,9% pada kuartal II-2021.
Sementara itu, produksi di pabrik-pabrik AS turun paling tajam dalam tujuh bulan pada September 2021, secara tahunan naik 4,6%, atau lebih rendah daripada bulan sebelumnya sebesar 5,66%. Hal tersebut dipicu kekurangan semikonduktor global yang menekan produksi kendaraan bermotor. Permasalahan itulah yang membuktikan bahwa adanya hambatan pada pasokan (supply) global menghambat pertumbuhan ekonomi.
Indonesia
Fokus utama arah kebijakan fiskal pada 2022 dengan tema Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural yaitu, pertama, akselerasi penanganan Covid-19 dan Post Covid-19. Kedua, menjaga ketahanan hidup dan pemulihan akselerasi melalui program perlindungan sosial dan dukungan kepada dunia usaha serta UMKM. Ketiga, momentum reformasi struktural untuk peningkatan daya saing, dan kapasitas produksi. Keempat, reformasi fiskal yang komperhensif dengan reformasi perpajakan, menggunakan belanja negara yang lebih baik (zero based budgeting), dan cadangan untuk antisipasi ketidakpastian. Kelima, menjaga pelaksanaan APBN 2022 tetap berjalan optimal sebagai fondasi konsolidasi fiskal di tahun 2023.
Hari ini Bank Indonesia akan mengumumkan tingkat suku bunga Bank Sentral. Saat ini Bank Indonesia menghadapi dilema, apabila suku bunga rendah, maka imbalan investasi di aset-aset berbasis rupiah ikut turun, sehingga Rupiah berpotensi melemah. Maka opsi yang paling mungkin diambil oleh Bank Indonesia adalah dengan tetap menahan suku bunga di level saat ini. Apabila suku bunga dinaikkan belum saatnya, karena perekonomian domestik belum pulih betul dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Transaksi pasar negosiasi semakin semarak akhir-akhir ini. Jika dihitung total nilai transaksi di pasar negosiasi secara akumulatif sejak akhir September mencapai Rp 30,77 triliun. Transaksi besar yang dilakukan di pasar negosiasi biasanya melibatkan pemilik atau pemegang saham besar yang tidak ingin merusak harga di pasar reguler. Harga dan jumlah transaksi bisa ditentukan oleh kedua belah pihak tanpa perlu mengikuti harga pasar. Itulah mengapa transaksi di pasar negosiasi bisa menjadi cerminan akan adanya aksi korporasi sehingga bisa menimbulkan aksi spekulasi di pasar yang bisa menggerakkan harganya.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (Data Closing).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana.