Tuesday, 26 October 2021
"When prosperity comes, do not use all of it."
–Confucius–
Indikator
Global Market
Prospek rebound pada ekonomi diprediksi masih akan terus berlanjut. Bursa saham Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu menguat lebih dari 1% ke rekor tertinggi baru. Hal ini dikarenakan adanya sentiment positif dari laporan keuangan beberapa emiten yang menggembirakan. Menurut Refinitiv, 84% dari 117 konstituen indeks S&P 500 yang sudah merilis kinerja keuangannya mencetak laba bersih di atas estimasi pasar per kuartal III-2021. Rata-rata pertumbuhan laba bersih mereka sebesar 35%. Beberapa emiten unggulan yang akan merilis kinerja keuangannya pekan ini adalah Facebook, Alphabet, Microsoft, Amazon dan Apple. Sepertiga emiten konstituen Dow Jones juga akan merilis kinerjanya pekan ini seperti Caterpillar, Coca-Cola, Boeing dan McDonald's.
Regulator obat di Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), mulai mengkaji obat antivirus Covid-19 Molnupiravir buatan Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) Merck & Co. alias Merck Sharp & Dohme (MSD). Molnupiravir disebut-sebut menjadi 'senjata' baru melawan Covid-19. Ini setelah penelitian menunjukkan obat itu dapat mengurangi separuh risiko kematian atau dirawat di rumah sakit bagi mereka yang terpapar virus ini. Merck mengembangkan Molnupiravir dengan mitra Ridgeback Biotherapeutics. Mereka sebelumnya sudah mengajukan otorisasi penggunaan darurat di Amerika Serikat (AS) untuk obat tersebut pada 11 Oktober.
Indonesia
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan BI akan segera meluncurkan BI-FAST pada Desember 2021. Pada tahap pertama atau batch 1 ini, BI sudah menetapkan 22 peserta perbankan. Lewat BI-FAST, nasabah perbankan nantinya bisa melakukan transfer maksimum hingga Rp 250 juta secara real time dengan tarif Rp 2.500. Untuk diketahui, BI-FAST adalah infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional yang dapat memfasilitasi pembayaran ritel secara real time.
Harga batubara tengah melonjak sehingga imbasnya sangat berat bagi industri pengguna. Beberapa industri seperti tekstil dan semen kesusahan karena ongkos produksi semakin mahal. Belum lagi banyak pengusaha lebih memilih menjual emas hitam tersebut ke luar negeri sehingga pasokan ke industri semakin minim. Pelaku usaha tekstil dan semen saat ini kesulitan mendapat pasokan batubara. Seperti yang terjadi pada pabrikan semen stok batubara hanya rata-rata hanya bertahan hingga 10 hari, dari sebelumnya bisa mengamankan pasokan dalam waktu satu bulan. harga beli batubara dalam negeri untuk industri juga melonjak drastis dari Rp 550 ribu per ton pada akhir 2020, kini sudah melonjak Rp 1,1-1,2 juta per ton.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (Data Closing).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana.