Monday, 22 November 2021
"If people like, they will listen you, but if they trust you, they’ll do business with you."
–Zig Ziglar–
Indikator
Global Market
Barclays memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini sebesar 6 persen. Lalu, tahun depan ekonomi global diprediksi tumbuh 4,4 persen atau melambat. Barclays mengharapkan pertumbuhan dapat ditopang oleh ekonomi negara maju dengan imbal hasil obligasi yang lebih panjang. Selain itu, Barclays juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi China yang melambat sebesar 4,7 persen pada tahun depan. Padahal sebelumnya, Produk Domestik Bruto (PDB) China berhasil mencapai 7,8 persen secara tahunan.
Inflasi tinggi di Amerika Serikat (AS) hingga 6% membuat tingkat kewaspadaan seluruh dunia menyala. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, meroketnya kenaikan harga atau inflasi di AS membuat banyak negara harus mewaspadai situasi perekonomian AS. Pasalnya, ini bisa melahirkan kebijakan yang berpotensi mengguncang seluruh dunia. Sri Mulyani menjelaskan, AS saat ini sedang menghadapi inflasi tinggi yakni di atas 6%. Itu adalah inflasi tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Kondisi ini akan menimbulkan implikasi atas kebijakan moneter dari Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Lonjakan inflasi AS juga akan mempengaruhi kebijakan fiskal negara tersebut.
Indonesia
Bank Indonesia (BI) memperkirakan adanya peningkatan harga (inflasi) pada bulan November 2021. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada pekan ketiga November 2021, inflasi diperkirakan sebesar 0,31% month on month (mom) atau meningkat dari inflasi Oktober 2021 yang sebesar 0,12% mom. Selain itu, Bank Indonesia (BI) masih optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2021 akan terus pulih. Ke depan, BI mengaku akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2021 mencatat surplus sehingga menopang ketahanan eksternal. NPI pada triwulan III 2021 mencatat surplus 10,7 miliar dolar AS, setelah mengalami defisit 0,4 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya. Transaksi berjalan (Current Account) pada triwulan III 2021 mencatat surplus, terutama ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang yang naik signifikan. Transaksi berjalan pada periode laporan mencatat surplus 4,5 miliar dolar AS (1,5% dari PDB), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami defisit 2,0 miliar dolar AS (0,7% dari PDB). Transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2021 mencatat surplus yang makin meningkat, terutama bersumber dari investasi langsung. Pada triwulan III 2021, transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar 6,1 miliar dolar AS (2,0% dari PDB), lebih tinggi dari capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 1,6 miliar dolar AS (0,6% dari PDB).
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (Data Closing).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana.