Friday, 17 December 2021
"Some people don't like change, but you need to embrace change if the alternative is disaster."
–Elon Musk–
Indikator
Global Market
BoE menaikkan suku bunga acuan dari 0.1% menjadi 0.25%. Namun tetap mempertahankan pembelian obligasi senilai USD 1.16 Triliun. Perkiraan inflasi berkisar 5% dan meningkat ke kisaran 6% pada tahun depan. Pemicu perubahan kebijakan moneter menjadi ketat tersebut terjadi setelah inflasi Inggris per November menyentuh level tertinggi 10 tahun pada 5,1% atau lebih tinggi dari target Bank of England (BoE) yang memperkirakan angka 2%, dan juga lebih tinggi dari posisi Oktober sebesar 4,2%. Namun, mereka sepakat mempertahankan kebijakan pembelian obligasi dari pasar (kebijakan kuantitatif) sesuai target yakni senilai US$ 1,16 triliun. BoE kini memperkirakan inflasi akan berkisar 5%, dan meningkat ke kisaran 6% pada tahun depan.
Bank Sentral Eropa memangkas pembelian obligasi, tetapi berjanji untuk melanjutkan dukungan kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi perekonomian zona euro hingga 2022. ECB membiarkan suku bunga refinancing acuannya tidak berubah di 0%, sementara suku bunga pada fasilitas pinjaman marjinalnya tetap di 0,25% dan suku bunga pada fasilitas simpanannya dipertahankan di 0,5%, sesuai ekspektasi.
Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di Universitas Hong Kong mengungkapkan, virus corona varian Omicron mampu bereplikasi sekitar 70 kali lebih cepat dibanding Delta dan varian aslinya. Dikutip dari KONTAN, kecepatan supercharged penyebaran Omicron di bronkus manusia di saluran pernapasan bagian bawah ditemukan 24 jam setelah infeksi. Ilmuwan menemukan, varian Omicron melompat lebih cepat dari satu orang ke orang lain tetapi tidak lebih merusak jaringan paru-paru dibanding strain sebelumnya. Kecepatan gerak Omicron ini dibuktikan dengan munculnya varian ini di setidaknya 77 negara hanya dalam waktu tiga minggu sejak pertama kali terlacak di Afrika Selatan.
Indonesia
Bank Indonesia (BI) terus berusaha menjaga likuiditas tetap longgar di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir. Untuk itu, BI pun tetap menambah likuiditas atau melakukan Quantitative Easing (QE) di perbankan. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hingga 14 Desember 2021, BI sudah melakukan injeksi likuiditas di perbankan sebesar Rp 141,19 triliun. Selain melakukan injeksi likuiditas di perbankan, BI juga melanjutkan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana sebagai bagian dari sinergi kebijakan BI dan pemerintah untuk pendanaan APBN 2021.
Di tengah munculnya kasus pertama Covid-19 varian Omicron di Indonesia, Bank Indonesia (BI) masih meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi di tanah air akan mencapai lebih dari 4,5% pada kuartal IV-2021. Sejumlah indikator ekonomi di Indonesia seperti surplus neraca pembayaran sebesar US$ 3,5 miliar per November 2021. Selain itu juga cadangan devisa sebesar US$ 145,9 miliar pada November 2021. Serta neraca transaksi berjalan diperkirakan pada kisaran surplus 0,3% hingga defisit 0,5% dari PDB pada 2021 dan defisit 1,1% hingga 1,9% pada 2022.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (Closing Market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Samuel Panjaitan, Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna Adiprana.