Kinerja BNI Kuartal III 2016 : BNI Raih Laba Bersih Rp 7,72 Triliun
Jakarta, 13 Oktober 2016 - Pada Kuartal III 2016, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatat laba sebesar Rp 7,72 triliun atau tumbuh 28,7% dibandingkan laba yang diraih pada periode yang sama tahun 2015. Kenaikan laba bersih ini ditopang antara lain oleh kinerja penyaluran kredit BNI yang tumbuh secara stabil sejak Kuartal I, sehingga mendorong pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 15,0%. Laba BNI juga tumbuh berkat Pendapatan Berbasis Komisi (fee based income) yang meningkat 20,0%.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengungkapkan hal tersebut saat memaparkan Kinerja Keuangan BNI Kuartal III Tahun 2016 kepada media di Jakarta, Kamis (13 Oktober 2016). Hadir pada kesempatan tersebut segenap Direksi BNI.
Pertumbuhan laba yang cukup kuat sebesar 28,7% tersebut terbentuk di tengah kondisi perekonomian yang menantang, dimana perekonomian pada tahun 2016 diprediksi hanya tumbuh 5,1% dan disaat pertumbuhan laba bersih di industri perbankan hanya mampu mencapai 9,8%. Laba bersih BNI ditopang oleh Pendapatan Bunga Bersih (NII) yang naik 15,0% dari Rp 19,02 triliun pada Kuartal III 2015 menjadi Rp 21,87 triliun pada Kuartal III 2016. Hal tersebut menunjukkan peningkatan kualitas kredit BNI dengan tetap menjaga net interest margin (NIM) di level 6,2%.
Laba juga ditopang oleh Pendapatan Non-Bunga Kuartal III 2016 yang naik 20,0%, dari Rp 5,19 triliun pada Kuartal III 2015 menjadi Rp 6,24 triliun pada Kuartal III 2016, yang didukung oleh kenaikan fee based income dari trade finance, pengelolaan rekening, dan bancassurance.
(dalam Rp triliun, kecuali laba per saham)
INDIKATOR LABA-RUGI | 3Q2015 | 3Q2016 | +/- (%) |
Pendapatan Bunga Bersih | 19,02 | 21,87 | 15,0 |
Pendapatan Non-Bunga | 5,19 | 6,24 | 20,0 |
Beban Operasional | (11,96) | (13,52) | 13,1 |
Laba Sebelum PPAP | 13,95 | 16,34 | 17,1 |
Beban PPAP | (6,40) | (6,61) | 3,2 |
Laba Sebelum Pajak | 7,59 | 9,70 | 27,7 |
Laba Bersih | 5,99 | 7,72 | 28,7 |
Laba Bersih per Saham (dalam Rp) | 322 | 414 | 28,7 |
Kredit Tumbuh
Terjadi percepatan penyaluran kredit sejak Kuartal I 2016 yang disebabkan oleh kebijakan – kebijakan yang ditempuh manajemen. BNI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 372,02 triliun pada Kuartal III 2016 atau meningkat 21,1% dibandingkan Kuartal III 2015, jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan kredit di industri yang mencapai 7,6% per Agustus 2016.
Strategi yang dilakukan Manajemen BNI untuk mendorong pertumbuhan kredit diatas industri adalah, pertama, menggali potensi pasar pembiayaan BUMN dengan fokus pada proyek infrastruktur dan sektor industri yang memiliki risiko rendah dan terkontrol. Kedua, mengoptimalkan jaringan dan outlet untuk mampu menggarap potensi pasar yang ada. Ketiga, menggali potensi supply chain debitur korporasi.
Penyaluran kredit BNI ke Sektor Business Banking masih menjadi yang terbesar dengan komposisi 73,0% dari total kredit atau sebesar Rp 271,68 triliun. Aliran kredit ke Sektor Business Banking ini tumbuh 23,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Pada sektor Business Banking ini, kredit BNI disalurkan ke segmen Korporasi (sebanyak 24,3%), kredit BUMN (19,1%), lalu ke segmen Menengah (16,3%), dan segmen Kecil (sebesar 13,3%).
Untuk meningkatkan penyaluran kredit ke Segmen Korporasi, Manajemen telah melaksanakan paduan strategi yaitu, pertama, fokus pada pembiayaan proyek infrastruktur dan BUMN. Kedua, fokus pada pembiayaan sektor berisiko rendah seperti Konstruksi, Pertanian, serta sektor Listrik, Gas, dan Air. Ketiga, tidak melakukan ekspansi ke sektor yang berisiko cukup tinggi karena faktor eksternal, seperti sektor minyak dan pertambangan.
Adapun strategi yang disiapkan oleh Manajemen dalam mengoptimalkan penyaluran kredit ke segmen Menengah adalah, pertama, meningkatkan kualitas monitoring pembiayaan kredit segmen Menengah melalui pemberian kewenangan pimpinan wilayah. Kedua, mengoptimalkan debitur-debitur segmen Menengah yang merupakan supply chain financing debitur korporasi.
Sementara itu, penguatan kredit pada segmen Kecil dilakukan dengan, pertama, mengoptimalkan jaringan melalui penetapan outlet sebagai full branch. Kedua, fokus pada pembiayaan produk Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Disamping kredit ke Sektor Business Banking, BNI juga mengucurkan pembiayaan ke Sektor Consumer Banking dengan alokasi 16,9% dari total kredit, terutama pada Kredit Kepemilikan Rumah (BNI Griya), Kartu Kredit, dan Fleksi. Kredit ke Sektor Consumer Banking tumbuh 14,4%. Pertumbuhan ini diraih dengan dua strategi utama, yaitu pertama, optimalisasi potensi pembiayaan melalui produk payroll nasabah dari debitur institusi, dan Kedua, melalukan optimalisasi cross sell.
Kualitas Aset
BNI mencatat total Aset pada Kuartal III tahun 2016 sebesar Rp 571,51 triliun atau tumbuh 25,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2015, dimana kualitas asetnya tetap terjaga pada kondisi yang masih dapat terkelola dengan sehat. BNI dapat menghimpun aset dilevel rendah risiko yang ditandai dengan rendahnya Gross NPL, yaitu 3,1%. Aset berisiko rendah ini terhimpun karena kemampuan BNI dalam melakukan mitigasi risiko kredit di berbagai sektor usaha.
Proses penyehatan aset BNI juga terus menunjukkan hasil yang menggembirakan sejak dimulainya program konsolidasi pada pertengahan tahun 2015. Total kredit yang direstrukturisasi memang sempat menyentuh level yang cukup tinggi pada bulan Juni 2016, namun diperkirakan akan menurun pada akhir tahun 2016. Kondisi itu menyebabkan Credit Cost BNI menurun ke level 2,4%, dari posisi per September 2015 yang berada di level 2,8% dan 2,7% pada Juni 2016.
(Rp triliun)
INDIKATOR NERACA | 3Q2015 | 3Q2016 | +/- (%) |
Total Aset | 456,46 | 571,51 | 25,2 |
Kredit | 307,12 | 372,02 | 21,1 |
Dana Pihak Ketiga | 349,44 | 401,88 | 15,0 |
Obligasi Pemerintah | 43,99 | 60,75 | 38,1 |
Ekuitas | 63,64 | 86,94 | 36,6 |
Ekspansi kredit yang terus dilakukan menunjukkan fungsi intermediasi BNI berjalan dengan baik, ditunjukkan oleh Loan to deposit ratio (LDR) yang naik dari 87,7% menjadi 92,8%. Pertumbuhan kredit tersebut tetap didukung oleh fundamental yang kuat dimana tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) tetap terjaga baik, yaitu naik dari 17,4% menjadi 18,4%. Secara fundamental, penyisihan pencadangan juga tetap terjaga dengan baik dengan tingkat coverage ratio naik dari 139,6% menjadi 143,2%.
(dalam %)
RASIO PENTING | 3Q2015 | 3Q2016 |
CAR (dengan risiko kredit, pasar & operasional) | 17,4 | 18,4 |
NPL Gross | 2,8 | 3,1 |
NPL Net | 0,7 | 0,7 |
Return on Asset (ROA) | 2,5 | 2,5 |
Return of Equity (ROE) | 16,1 | 14,6 |
Net Interest Margin (NIM) | 6,6 | 6,2 |
Cost to Income Ration (CIR) | 43,4 | 42,3 |
Coverage Ration | 139,6 | 143,2 |
Loan to Deposit Ratio(LDR) | 87,7 | 92,8 |
Semakin efisien
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun per Kuartal III tahun 2016 mencapai Rp 401,88 triliun atau meningkat 15,0% dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Komponen dana murah (current account saving account/ CASA) masih mendominasi, yaitu sebesar 59,7% dari total DPK. Hal tersebut mengantarkan Cost of Fund BNI dapat ditahan dilevel 3,1%, tergolong rendah dibandingkan bank-bank peers, sehingga mampu menjaga kondisi NIM cukup stabil.
Pada saat yang sama, BNI terus mendorong terjadinya efisiensi, yang terlihat dari Cost to Income Ratio (CIR) pada Kuartal III tahun 2016 sebesar 42,3%; menurun dibandingkan posisi Kuartal III tahun 2015 sebesar 43,4%. Peningkatan transaksi melalui channel-channel elektronik (e-banking) dan pengembangan digital banking merupakan langkah BNI dalam menciptakan efisiensi dan mendorong pertumbuhan CASA.
Pertumbuhan DPK ini juga tidak terlepas dari upaya BNI untuk terus meningkatkan kualitas layanan. Dalam rangka meningkatkan layanan tersebut BNI menyediakan 1.907 outlet di seluruh Indonesia, belum termasuk kantor-kantor perwakilan di luar negeri. Selain itu, BNI juga menyiapkan lebih dari 16.500 ATM yang mendukung layanan electronic banking (e-banking) BNI, termasuk di Hong Kong dan Singapura, selain SMS Banking dan Internet Banking.
Mulai saat ini, BNI juga terus mengembangkan digital banking untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin literated dengan teknologi informasi. Melalui strategi ini diharapkan penghimpunan dana murah menjadi lebih efektif.
Sejalan dengan itu, BNI juga berkolaborasi dengan Kementerian Sosial RI terus mengembangkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang merupakan terobosan baru dalam penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai melalui Warung Gotong Royong Kelompok Usaha Bersama Elektronik (e-Warong KUBE), yang juga diharapkan mampu mendorong penghimpunan dana-dana murah, sekaligus membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi :
Kiryanto, Corporate Secretary BNI
Telp : 021-5728387, Email : bni@bni.co.id
BNI Quarter III 2016 Performance : BNI Gained Nett Profit of Rp 7,72 Trillion
Jakarta, 13 October 2016 - In the third quarter of 2016, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) recorded a profitBNI of Rp 7.72 trillion, up 28.7% compared to the profit achieved in the same period in 2015. The increase in net profit was supported, among others, by the performance of BNI lending scheme growing steadily since the first quarter, boosting the growth of net interest income by 15.0%. BNI’s profit also grew thanks to revenue-based commission (fee based income) increasing by 20.0%.
BNI President Director Achmad Baiquni disclosed the information during the BNI Financial Results Third Quarter 2016 presentation to the media on Thursday (October 13th 2016). The entire BNI Board of Directors were present on the occasion.
Solid 28.7% earnings growth was gained despite challenging economic conditions, which predicted an economic growth of only 5.1 % in 2016, and while growth in net profit in the banking industry is only able to achieve 9.8%. BNI's net profit sustained by Net Interest Income (NII) rose 15.0% from Rp 19.02 trillion in the third quarter of 2015 to Rp 21.87 trillion in the third quarter of 2016. This shows an increase of BNI credit quality while maintaining net interest margin (NIM) at 6.2%.
Profit also comprise Non-Interest Income Third Quarter 2016, which rose 20.0% from Rp 5.19 trillion in the third quarter of 2015 to Rp 6.24 trillion in the third quarter of 2016. Additionally, the rise was supported by higher fee-based income from trade finance, account management, and bancassurance.
(in Rp trillion, except Profit per Share)
Profit-Loss Indicators | 3Q2015 | 3Q2016 | +/- (%) |
Net Interest Income | 19.02 | 21.87 | 15.0 |
Non-Interest Income | 5.19 | 6.24 | 20.0 |
Operational Cost | (11.96) | (13.52) | 13.1 |
Profit Before PPAP | 13.95 | 16.34 | 17.1 |
PPAP Cost | (6.40) | (6.61) | 3.2 |
Profit Before Taxes | 7.59 | 9.70 | 27.7 |
Net Profit | 5.99 | 7.72 | 28.7 |
Net Profit per Share (in Rp) | 322 | 414 | 28.7 |
Credit Growth
Accelerated lending took place since the first quarter of 2016 triggered by policies adopted by management. BNI recorded Rp 372.02 trillion credit in the third quarter of 2016, an increase of 21.1% compared to the third quarter of 2015—far faster than the growth of credit in the industry, which reached 7.6% by August 2016.
BNI undertook several management strategies to encourage credit growth above the industry. Firstly, BNI explored potential SOE finance market with a focus on infrastructure projects and industrial sectors with low risk and control. Secondly, BNI sought to optimize the network and outlets to work on existing market potentials. Thirdly, BNI explored potential supply chain of corporate debtors.
BNI Business Banking Sector loan disbursement is the biggest yet, comprising of 73.0% of total loans, or Rp 271.68 trillion. The flow of credit to the sector's Business Banking grew by 23.5% compared to the same period in 2015. In Business Banking sector, BNI credit channeled loans to the Corporate segment (24.3%), SOE (19.1%), Mid-level segment (16.3%), and Small segment (13.3%).
To increase lending to the Corporate segment, management implemented a combination of strategies, such as focusing on financing infrastructure projects and state enterprises. Secondly, BNI focused on financing low-risk sectors such as construction, agriculture, and Electricity, Gas, and Water. Thirdly, BNI expanded to sectors where the risks are quite high due to external factors, such as oil and mining sectors.
The strategies prepared by management in optimizing lending to the segment of medium is by improving the quality of credit financing monitoring by granting authority to mid-level segment leadership in the region. Secondly, BNI optimized debtors mid-level segment that serves as supply chain financing corporate debtors.
Meanwhile, BNI strengthened loan disbursement to small enterprises by optimizing the network through transforming outlets into full branches. Secondly, BNI focused on financing Kredit Usaha Rakyat (KUR) products.
Besides loans to Business Banking, BNI also disbursed financing to Consumer Banking sector with an allocation of 16.9% of total loans, especially for Housing Loan (BNI Griya), Credit Card, and Flexion. Loans to Consumer Banking Sector grew 14.4%. This growth was achieved through two main strategies: by optimizing financing potentials through payroll product of the debtor institutional clients, and by optimizing cross sell.
Asset Quality
BNI's total assets in the third quarter 2016 amounted to Rp 571.51 trillion, up 25.2% compared to the same period in 2015, where asset quality is maintained on the condition that they can be healthily managed. BNI gathered low-risk assets characterized by low Gross NPL, ie. 3.1%. This low-risk assets pooled for BNI's ability to mitigate credit risk in the various business sectors.
BNI asset recovery process also continues to show encouraging results since the start of the consolidation program in mid 2015. Total loans restructured touched a satisfactory level in June 2016, but is expected to decline in late 2016. BNI Credit Cost condition declined to 2.4% as of September 2015, which was at 2.8% and 2.7% in June 2016.
(Rp trillion)
Balance Indicator | 3Q2015 | 3Q2016 | +/- (%) |
Total Asset | 456.46 | 571.51 | 25.2 |
Loan | 307.12 | 372.02 | 21.1 |
Thrid Party Funds | 349.44 | 401.88 | 15.0 |
Government Bonds | 43.99 | 60.75 | 38.1 |
Equity | 63.64 | 86.94 | 36.6 |
Loan expansion shows excellent BNI intermediation role, demonstrated by the loan-to-deposit ratio (LDR), which rose from 87.7% to 92.8%. Loan growth is still supported by strong fundamentals—the level of capital adequacy or capital adequacy ratio (CAR) were well maintained maintained, rising from 17.4% to 18.4%. Provisioning allowance was also well maintained with coverage ratio increasing from 139.6% to 143.2%.
(in %)
Important Ratio | 3Q2015 | 3Q2016 |
CAR (with loan, market and operational risk) | 17.4 | 18.4 |
NPL Gross | 2.8 | 3.1 |
NPL Net | 0.7 | 0.7 |
Return on Asset (ROA) | 2.5 | 2.5 |
Return of Equity (ROE) | 16.1 | 14.6 |
Net Interest Margin (NIM) | 6.6 | 6.2 |
Cost to Income Ratio (CIR) | 43.4 | 42.3 |
Coverage Ratio | 139.6 | 143.2 |
Loan to Deposit Ratio (LDR) | 87.7 | 92.8 |
More Efficient
Third Party Fund (DPK) collected by the third quarter of 2016 reached Rp 401.88 trillion, an increase of 15.0% compared to the same period in 2015. Components of low-cost funds (current and savings accounts/CASA) still dominates, amounting to 59.7% of total deposits. This leads BNI Cost of Fund to be 3.1%, relatively low compared to other banks, thus maintaining relatively stable NIM.
At the same time, BNI continues to drive efficiency, as seen from Cost to Income Ratio (CIR) performance in the third quarter 2016 amounted to 42.3%, which has decreased compared to 43.4% in the third quarter of 2015. Increased transactions through electronic channels (e-banking) and the development of digital banking is BNI’s step in creating higher efficiency and encourage the growth of CASA.
This deposit growth is part of BNI’s efforts to continuously improve service quality. To improve the service, BNI operates 1,907 outlets across Indonesia, not including representative offices abroad. Additionally, BNI also prepared more than 16,500 ATMs supporting electronic banking (e-banking) BNI, including in Hong Kong and Singapore, in addition to SMS Banking and Internet Banking.
Starting today, BNI continues to develop digital banking to meet the needs of customers who are increasingly familiar with information technology. Through this strategy, fund collection is expected to be more effective.
Correspondingly, BNI also collaborated with the Ministry of Social Affairs to develop Card Family Welfare (KKS), a new breakthrough in the distribution of Non-Cash Social Assistance through e-Warong KUBE. The move is also expected to encourage low cost fund accumulation to help the government programs alleviate poverty.
For more information, please contact :
Kiryanto, Corporate Secretary BNI
Telp : 021-5728387, Email: bni@bni.co.id