Jakarta, Minggu (5/3/2023) -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI memiliki peluang besar untuk mengembangkan potensi bisnis dalam skala global, salah satunya di Benua Afrika. Menurut proyeksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), benua akan menjadi tujuan investasi di masa depan dengan pertumbuhan ekonomi yang mumpuni.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri (Sekjen Kemenlu) Cecep Herawan dalam Business Meeting 2023 dengan tema Winning Marketshare Through Digital and Collaboration Mindset yang diselenggarakan di Bali, belum lama ini.
Cecep menyampaikan, Kemenlu memiliki misi menyasar pasar potensial dan memperkuat jaringan di Benua Afrika. Menurutnya, BNI bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya bisa bersinergi untuk menggarap proyek strategis di wilayah tersebut melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha atau Public Private Partnership (PPP), di mana BUMN hadir bersama baik melalui pembiayaan, konstruksi, dan jasa lainnya.
Sebagai gambaran, tahun lalu BNI mampu mendorong peningkatan angka perdagangan sebesar 76,7% dan satu-satunya Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang cukup luas jaringannya secara internasional hingga memiliki delapan kantor cabang di luar negeri.
“Saya rasa ini modal luar biasa yang bisa kita lakukan bersama, kita punya peran BNI dan teman-teman BUMN bersama Kemenlu, bagaimana bisa melakukan ekspansi bersama ke negara-negara yang memiliiki pasar potensial. Kita bisa berpartisipasi aktif bersama di forum internasional,” paparnya.
Di sisi lain, Cecep mengungkapkan, hubungan Kemenlu dengan BNI terjalin cukup lama sehingga bisa menyatukan visi untuk mengupayakan pembangunan infrastruktur di ASEAN dan Indo-Pasifik.
Hal ini berkaitan dengan pengembangan infrastruktur hijau atau green infrastructure, digital transformation, dan innovative financing yang sejalan dengan program BNI.
“Kami ingin bekerja sama dengan BNI karena kita mempunyai flagship program ini dalam Keketuaan ASEAN. BNI bersama kami ikut menyelenggarakan forum ini sebagai window display produk-produk dan inovasi yang kita peroleh,” jelasnya.
Cecep mencatat, terdapat 266 proyek multilateral senilai USD 238 miliar dan 140 proyek bilateral senilai USD 71,4 miliar khusus dengan Indonesia.
“Ini peluang besar di mana BNI bisa menjadi pemain utama di dalamnya. Target kami pada akhir Agustus minggu kedua, kita sudah punya list concret project hasil akhir Keketuan ASEAN, di sini kolaborasi kita menjadi sesuatu yang baik,” tegasnya.
Di samping itu, Cecep menyebutkan, BNI sangat proaktif mengembangkan program di luar negeri yaitu Diaspora Loan yang diluncurkan bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Saya sangat meyakini kolaborasi Kemenlu dan BNI memiliki manfaat nyata, bisa kami rasakan di tengah tantangan, ada secercah harapan,” ujar Cecep.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, meskipun perkembangan geopolitik dunia dan kebijakan moneter ekonomi global dapat menimbulkan tekanan pada kinerja perbankan.
Namun demikian, dengan melihat peluang yang ada, maka masih banyak area yang perlu dikembangkan perseroan melalui sinergi dan kolaborasi lintas segmen, divisi/satuan dalam melakukan eksekusi bisnis.
“Kondisi perekonomian dunia akan semakin penuh tantangan pada tahun 2023 ini. Namun kita berharap semua bisa dilalui dengan penuh kesiapan dan kehati-hatian,” ucap Royke.
Komisaris Utama BNI Agus Martowardojo menambahkan, Indonesia tetap optimistis bisa melewati tantangan peekonomian dunia.
Sebagaimana diketahui, di saat negara-negara lain mengalami perlambatan ekonomi, Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara yang mampu mengakselerasi pertumbuhannya, didukung fundamental ekonomi yang relatif baik, pulihnya permintaan masyarakat dan kinerja positif ekspor komoditas.
“Kita harus yakini bahwa ketidakpastian dan volatilitas global akan membaik di tahun 2023,” pungkasnya.